Ini Alasan Polri Tak Langsung Serbu Napiter
jpnn.com, DEPOK - Dalam insiden rusuh di Rutan Mako Brimob Kepala Dua, Depok, Jawa Barat, Polri memberikan kesempatan kepada narapidana teroris (napiter) untuk menyerahkan diri.
Padahal, saat itu bisa saja polisi langsung menyerbu napiter dengan persenjataan lengkap tanpa memakan waktu lama.
Namun hal itu tidak dilakukan, polisi malah memberikan warning agar napiter menyerah.
Menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, hal itu dilakukan karena mereka mendapati adanya dualisme pendapat dari 155 napiter.
“Memang kami memiliki dua opsi, opsi pertama kami langsung masuk atau opsi kedua memberikan warning dulu beberapa waktu. Karena kami tahu dalam kelompok 155 orang ini, ada pro kontra," ujar Tito di Mako Brimob, Kamis (10/5).
Dia menuturkan, kelompok pertama adalah kelompok yang setuju untuk melakukan kekerasan. Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok yang tidak setuju dengan rusuh dan ada di sana karena terjebak situasi.
"Ada yang ingin melakukan kekerasan mendukung kekerasan sekelompok lainnya, ada yang tidak ingin. Itulah yang menjadi opsi kami agar jangan sampai ada korban yang banyak, padahal ada yang tidak ingin melakukan kekerasan," urai pria kelahiran Palembang ini.
Tito juga melaporkan hal itu kepada Presiden Joko Widodo. Maka pihaknya terlebih dahulu memberikan peringatan kepada para narapidana tersebut hingga Kamis pagi.
Ada yang ingin melakukan kekerasan mendukung sekelompok lainnya, ada yang tidak ingin.
- Sebaiknya Hindari Melintas di Kawasan Mako Brimob Pagi Ini
- Polri Gelar Rekayasa Lalin Selama Apel Mantap Brata di Mako Brimob, Ini Jalur Alternatifnya
- Densus 88 Bubarkan Jamaah Islamiyah, Ormas yang Pernah Ledakkan HKBP Hangtuah Pekanbaru
- 56 Mantan Napi Teroris Ucapkan Ikrar Setia kepada NKRI
- Eks Napiter Siap Kawal Nataru dan Pemilu 2024 dengan Aman-Damai
- Ketua Yayasan Daarul Ilmi Bekasi Ajak Seluruh Elemen Menciptakan Pemilu yang Damai