Ini Alasan Satgas Covid-19 Tetapkan Harga PCR, Faskes Diminta Jangan Main-main!

jpnn.com, JAKARTA - Satgas Penanganan Covid-19 menyatakan bahwa pemerintah kembali menyesuaikan harga tes Corona dengan metode RT-PCR.
Penyesuaian harga tes PCR untuk wilayah Jawa-Bali dan di luar wilayah Jawa-Bali sudah ditetapkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Surat Edaran Dirjen Pelayanan Kesehatan.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan untuk wilayah Jawa-Bali turun menjadi maksimal Rp275 ribu.
Sedangkan, di luar wilayah Jawa-Bali menjadi maksimal Rp300 ribu.
"Evaluasi harga tes PCR yang dilakukan sudah melalui perhitungan biaya pengambilan dan pemeriksaan RT-PCR," kata dia di Graha BNPB, Jakarta Pusat, Kamis (28/10).
Menurut Wiku, pemerintah telah melakukan beberapa pertimbangan.
Di antaranya, terdiri dari komponen-komponen jasa pelayanan atau SDM, perangkat reagen dan bahan habis pakai (BHP), biaya administrasi, overhead, dan biaya lainnya yang disesuaikan kondisi saat ini.
Dia menegaskan hasil pemeriksaan RT-PCR dengan menggunakan besaran tarif tertinggi tersebut dikeluarkan dengan durasi maksimal 1×24 jam dari pengambilan swab.
Satgas Penanganan Covid-19 menyatakan bahwa pemerintah kembali menyesuaikan tes Corona dengan metode RT-PCR. Harga yang sudah ditetapkan pemerintah pun diharapkan tidak ditingkatkan oleh fasilitas kesehatan.
- TASPEN Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis Setiap Bulan Bagi Pensiunan, Ini Tujuannya
- Soal Lagu Bayar Bayar Bayar, GPA Ungkit Peran Polisi Saat Banjir & Penanganan Covid-19
- Isu COVID & Lab Wuhan Mencuat Lagi, China Gercep Membela Diri
- Begini Cara Konsultasi Dokter Secara Online di Klinik Utama Pandawa, Gratis Lho!
- Sidang Tuntutan Korupsi APD Covid-19 di Sumut Ditunda, Ini Masalahnya
- Trump Bikin Gebrakan Hari Pertama, Langsung Teken Keppres agar AS Keluar dari WHO