Ini Alasan TNI Berterima Kasih Kepada Haris Azhar

jpnn.com - JAKARTA - Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengucapkan terima kasih kepada Koordinator KontraS Haris Azhar. Alasannya, informasi yang disampaikan Haris Azhar terkait testimoni Fredi Budiman menjadi bahan intropeksi bagi TNI.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Tatang Sulaiman seperti dilansir dalam siaran pers Puspen TNI diterima Rabu (10/8).
Mayjen TNI Tatang mengatakan keseriusan TNI dalam pemberantasan narkoba cukup beralasan. “Ada dua alasan dan satu bukti TNI serius menangani pemberantasan narkoba,” katanya.
Pertama, TNI sangat paham dan sadar bahwa narkoba itu merupakan bisnis tetapi bisnisnya ilegal. Karena ilegal maka akan merapat dan berlindung kepada aparat keamanan seperti TNI dan juga bisa aparat hukum.
"Semakin dekat dengan TNI maka semakin aman. Bisa dekat secara person maupun tempat," ungkapnya.
Kedua, ancaman besar bangsa Indonesia saat ini adalah narkoba. TNI meyakini bahwa narkoba ini sangat mengancam negara.
Korban yang ditimbulkan oleh narkoba lebih besar dari pada aksi terorisme. Sebagai perbandingan aksi terorisme Bom Bali 1 dan 2 serta Bom Marriot dan Rizt-Carlton merenggut nyawa 234 orang. Bandingkan dengan korban akibat narkoba yang jauh lebih besar.
“Data yang di release dari BNN menyebutkan bahwa ada 50 orang meninggal dunia per hari karena narkoba. Berarti dalam setahun 18.000 orang,” kata Kapuspen TNI.
JAKARTA - Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengucapkan terima kasih kepada Koordinator KontraS Haris Azhar. Alasannya, informasi yang disampaikan
- Tom Lembong Kecewa atas Dakwaan, Pertanyakan Dasar Perhitungan Kerugian Negara
- Dukung Ketahanan Pangan, Polisi dan SRPO Tanam Jagung di Dumai
- SPP UPms III: Pertamina Telah Berkomitmen Jalankan Perintah Negara
- KPK Ungkap Aliran Uang Direktur Summarecon ke Pejabat Pajak soal Gratifikasi Rp21,5 M
- Menko Airlangga Bertemu Menteri Lombard di Prancis, Bahas Kerja Sama Perdagangan, Investasi, & Energi
- Pakar Soroti Tantangan Transisi Energi di Asia Tenggara, Stabilitas Kebijakan Jadi Kunci