Ini Bukan Persoalan Ketidakpercayaan Terhadap MK

Ini Bukan Persoalan Ketidakpercayaan Terhadap MK
Patrialis Akbar. FOTO: Fathra/JPNN

Mulanya kami tidak  berpikir akan seperti itu. Kami telah membaca satu putusan untuk kasus Provinsi Maluku. Masih ada dua putusan lagi. Ketika kami sudah membaca satu putusan dan palu sudah Pak Hamdan (Zoelva), dan masuk pada putusan yang kedua, tiba-tiba ada teriakan keras. Mereka yang berada di tribun atas turun. Kira-kira 5 menit kemudian ada yang memecahkan kaca. Ada juga yang menyumpahi MK dengan kalimat-kalimat yang cukup kasar. Ya udah kami meneruskan sidang karena kami berpikir mereka di luar. Tapi sebenarnya saat saya lihat di pintu, mereka berdesak-desakan masuk.

Satpam kita cukup bagus mereka menahan supaya tidak masuk tapi tetap kebobolan. Mereka masuk dari kiri satpam. Mereka masuk ke dalam, begitu masuk mereka kayak orang beringas, podium mereka tendang, sound system dicabut dan dilempar-lemparkan, kursi-kursi juga dilemparkan, yang sebagian mengejar hakim.

Alhamdulillah Pak Hamdan cepat menutup sidang dan diskors. Waktu di skors kami masih duduk-duduk dulu nonton apa yang terjadi ternyata mereka ngejar, sampai meja hakim. Di situ saya melihat semua hakim bergerak lari kayak puting beliung, termasuk saya juga. Karena bukan apa-apa kita tidak mau juga melawan suasana yang seperti itu.

Menurut Anda, apa yang membuat mereka marah dan membuat kericuhan?

Menurut saya ini pelajaran yang amat sangat besar di negara ini.  Sebab, ini bukan berkaitan dengan persoalan kredibilitas MK di tengah-tengah masyarakat, tapi ini persoalan perilaku sebagian masyarakat yang tidak siap kalah dan tidak siap menang di dalam pemilihan kepala daerah sebab putusan yang dibacakan MK. Padahal saat itu bukan putusan pendapat MK tetapi putusan mengukuhkan keputusan KPU Provinsi  Maluku terhadap perhitungan suara ulang. Mereka melaporkan bahwa hasil setelah dilakukan pemungutan suara ulang (PSU) adalah segini rekaputilasi ya tentu. MK menerima hasil dan dibacakan sebagai bagian putusan MK. Jadi mereka menang atau kalah bukan urusan MK tetapi persoalan mereka harus kalah karena mereka sudah kalah di daerah waktu pilkada. Ini yang kami sayangkan.

Kami menyayangkan siapa di balik semua ini. Kenapa harus terjadi seperti itu. MK bukan memenangkan atau membuat kalah tapi memberikan keadilan pada pihak siapa harus menang atau kalah

Apa kejadian itu juga dipicu karena ketidakpercayaan masyarakat pada MK?

Saya kira bukan persoalan ketidakpercayaan masyarakat terhadap MK. Buktinya semua pilkada yang merasa bermasalah masih datang ke MK dan MK memutuskan dengan nyaman. Tapi ini bagian dari perilaku masyarakat yang tidak sanggup kalah, tidak sanggup menang, ada provokatornya, tim suksesnya, mungkin juga pemimpinnya. 

JAKARTA - Para hakim konstitusi terhenyak menyaksikan peristiwa ricuh yang terjadi di ruang sidang pleno Gedung Mahkamah Konstitusi (MK) pada Kamis,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News