Ini Bukti Trump Menang Pilpres Berkat Golput
jpnn.com - Mumpung Indonesia berada di "tahun politik". Bersiap memilih presiden dan wakil presiden tahun depan. Data rilisan terbaru dari Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2016 itu bisa menjadi pelajaran penting: berhati-hatilah dalam menjatuhkan pilihan.
Termasuk untuk tidak memilih alias golput (golongan putih). Sebab, berdasar hasil survei yang dilakukan oleh Pew Research Center, diketahui bahwa para pendukung Demokrat-lah yang membuat Trump, kandidat dari Republik, sosok yang kontroversial, menjadi presiden. Sebab, mereka lebih memilih untuk tak memberikan suara alias golput.
Data dari Badan Sensus AS, ada 137,5 juta penduduk yang memberikan hak suara di pilpres 2016. Itu setara dengan 61,4 persen pemilih terdaftar. Jumlah tersebut termasuk cukup tinggi, tapi belum mengalahkan tingkat kehadiran di pilpres 2008 yang mencapai 63,6 persen. Saat itu Barack Obama mencalonkan diri untuk kali pertama.
Pemilik hak suara yang tidak memilih di pilpres 2016 mencapai 38,6 persen. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk yang memilih Hillary Clinton, kandidat dari Demokrat, maupun Trump.
Berdasar data Pew Research Center, hampir separo golput berasal dari penduduk kulit berwarna. "Kebanyakan golput berusia muda, kurang berpendidikan, kurang sejahtera, dan memiliki kulit berwarna. Golput lebih banyak dari Demokrat." Demikian bunyi pernyataan Pew Research Center seperti yang dilansir Washington Post.
Dukungan penduduk kulit berwarna untuk Demokrat lebih kuat jika dibandingkan dengan dukungan orang kulit putih untuk Trump. Sayang, mereka memilih tak memberikan suara. Sebanyak 74 persen dari penduduk yang pergi ke tempat pemungutan suara (TPS) berkulit putih.
Pun demikian penduduk berpenghasilan rendah. Lebih dari separo golput berasal dari mereka yang berpenghasilan USD 30 ribu per tahun (setara Rp 434,8 juta). Mayoritas golongan pekerja adalah pendukung Demokrat.
Perempuan cenderung memilih Clinton daripada Trump. Persentase perempuan yang memberikan suara lebih besar jika dibandingkan dengan perempuan di kelompok golput. Mungkin merekalah yang membuat Clinton memenangi popular vote alias memperoleh suara terbanyak.
Donald Trump yang kontroversial itu menang karena banyaknya basis pemilih lawan yang memilih golput
- Dunia Hari Ini: Donald Trump Menjadi 'Person of the Year' Majalah Time
- Wamendagri Pastikan Hasil Pilkada Jakarta Valid Meski Angka Golput Tinggi
- Partisipasi Pemilih Rendah, Pilkada Jakarta 2 Putaran Dinilai Realistis
- Partisipasi Pilkada Jakarta Menurun, Pengamat Sebut Parpol Gagal
- LSI Denny JA Beberkan Angka Golput Meningkat di Pilkada 2024
- Kloning Javier