Ini Daftar Pekerjaan Rumah Jokowi-JK di Sektor Ekonomi
Bahkan, sebagian dibiayai lewat skema utang yang ujungnya berdampak pada defisit anggaran.
Pemerintah, menurutnya, harus sadar bahwa defisit cenderung meningkat. Penyebabnya adalah realisasi belanja rata-rata tumbuh di kisaran 5 persen, sementara realisasi pendapatan Negara hanya tumbuh di kisaran 3 persen.
Kelima, pemerintah tetap harus prudent dalam mengelola belanja dan utang.
Apalagi kelihatannya pemerintah akan menggantungkan sepenuhnya pembiayaan pembangunan dari sektor keuangan.
Defisit yang makin naik tersebut yang mengakibatkan jumlah utang naik akan menyulitkan terwujudnya keseimbangan primer yang positif.
Pada postur 2018 saja disebutkan bahwa pendapatan Negara sekitar 14 persen terhadap PDB, sedangkan belanja bisa mencapai 16 persen terhadap PDB. Gap tersebut akan menjadi masalah serius.
"Utang masih terus menjadi beban. Pemerintah yang sepertinya terlena oleh rasio utang, makin kalap menumpuk utang," tukas Heri dalam poin keenam catatan kritisnya.
Kalau dilihat dari trennya, rasio utang cenderung mengalami kenaikan.
Pada 2014 sebesar 24,7 persen, tahun 2015 naik tajam ke 27,4 persen.
Sejumlah masalah ekonomi menjadi pekerjaan rumah Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla di 2018.
- Pemerintah Optimistis Ekonomi Indonesia Mampu Tumbuh di Atas 5 Persen Sepanjang 2024
- Mendagri Tito: Daya Beli Masyarakat tidak Menurun, tetapi Meningkat
- Catatan Ketua MPR: Hilirisasi SDA Butuh Iklim Usaha Kondusif
- GEKRAFS Yakin Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 8 Persen di Pemerintahan Prabowo-Gibran
- Perekonomian Nasional Bertumbuh tetapi Pemerintah Harus Tetap Waspada
- DPR Yakin Pemerintah Bisa Jaga Stabilitas Politik Agar Perekonomian tak Terganggu