Ini Dia 8 Merek Lokal yang Sering Dianggap Produk Asing (2)
Pada pertengahan September 1989, Edo keluar dari perusahaan tempatnya bekerja dan memberanikan diri merintis bisnis sendiri. Dia berkeliling mengayuh sepeda, dari pintu ke pintu, menawarkan jasa membuat sepatu. Di tas gendongnya selalu tersedia beberapa contoh sepatu.
Edo membuka toko kecil di Gang Saad, Kota Bandung pada Agustus 1992. Saat itu, dia memiliki 16 pengrajin dan dua pegawai toko. Berbagai cobaan tak membuat Edo patah semangat.
Krisis ekonomi pada 1997 juga tak membuat usahanya gulung tikar. Kini, Edo bisa menikmati kerja kerasnya saat muda. Alas kaki merek Edward Forrer kini sudah sejajar dengan produk asing.
J.CO Donuts & Coffee
J.CO Donuts & Coffee lahir berkat kejelian Johhny Andrean melihat pangsa pasar. Dia pun memberanikan diri membuka outlet pertama J.CO Donuts & Coffee di Supermall Karawaci pada 2005 silam.
Keputusan Johhny ternyata sangat tepat. J.CO Donuts & Coffee mampu menghadirkan opsi bagi pelanggan untuk menikmati donat dan kopi. J.CO Donuts & Coffee kerap disebut sebagai perusahaan lokal bercita rasa internasional.
Kesuksesan di tanah air tak membuat Johhny puas. Dia langsung go international. Gerai internasional pertama dibuka di Malaysia pada 2007. Sambutan pasar pun sangat hangat.
Hal itu membuat Johhny berani membuka cabang pertama di Singapura setahun berselang. Setelah itu, Johhny juga menggebrak pasar Filipina dengan membuka cabang pertama di SM Megamall. Saat ini, J.CO Donuts & Coffee sudah memiliki banyak gerai di dalam dan luar negeri. (jos/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Dengan Program Ini, Bank DKI Permudah Pengurus Masjid Bertransaksi Perbankan
- Percepat Digitalisasi UKM, Accurate dan RAKUS Jalin Kerja Sama Strategi
- Pengembangan Bioethanol Harus dengan Harga Terjangkau Agar Banyak Peminat
- Harga Kripto Turun, Ini Analisis Pakar soal Penyebabnya
- Jaga Kelancaran Pasokan Energi Selama Nataru, PIS Siapkan 326 Armada Tanker
- Jalin Foundation Raih Dukungan Pendanaan Dana Hibah dari MSD