Ini Pendapat Pakar soal Vaksinasi Dosis Ketiga Berbayar
jpnn.com, JAKARTA - Pakar biologi molekular dan vaksin dari Australia National University Ines Atmosukarto menilai vaksinasi booster atau dosis ketiga berbayar terlalu dini dibicarakan saat ini dan baru pantas dipertimbangkan saat sebagian besar warga sudah menyelesaikan vaksinasi Covid-19.
"Booster tidak bisa menjadi suatu program yang luas sebelum sebagian besar masyarakat Indonesia mendapatkan vaksinasi dosis satu dan dua. Saat ini adalah waktu yang terlalu dini sebenarnya untuk membicarakan vaksin berbayar atau booster," ujar Ines dalam diskusi virtual, Rabu (29/9).
Hal itu karena masih banyak penduduk Indonesia yang belum mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19.
Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 29 September 2021 memperlihatkan 50.412.993 orang telah mendapatkan dua suntikan vaksin Covid-19 dari target 208.265.720 yang ditetapkan oleh pemerintah.
Ines menyoroti bahwa sejauh ini cakupan tinggi vaksinasi Covid-19 terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, sementara di daerah lain seperti yang berada di luar Pulau Jawa masih rendah.
"Vaksinasi ketiga sebaiknya belum dimulai sebelum vaksinasi pertama dan kedua cakupannya sudah di atas 70 persen dari seluruh rakyat Indonesia," ucapnya. (antara/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Sudah pantaskah vaksinasi dosis ketiga berbayar dipertimbangkan di Indonesia saat ini?
Redaktur & Reporter : Adek
- Kasus Dengue Meningkat, Kemenkes dan Takeda Gencarkan Upaya Pencegahan
- Peran Pemda & Masyarakat Penting untuk Mencapai Nol Kematian Akibat Dengue 2030
- Angka Rabies di Bali Masih Tertinggi di Indonesia Meski Vaksinasi Sudah Dilakukan
- Sebagian Besar Kasus Hepatitis Tidak Terdiagnosis, Deteksi Dini Penting Dilakukan
- WHO Tak Mendukung Vaksinasi Massal untuk Lawan Cacar Monyet
- Cegah DBD Berulang Melalui Gerakan 3M Plus dan Vaksinasi