Ini Penyebab Serapan Gabah dan Beras Bulog Masih Rendah

Ini Penyebab Serapan Gabah dan Beras Bulog Masih Rendah
Persediaan beras Bulog. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Bila kebutuhan cadangan beras nasional diperhitungkan, kata Ketut, produksi tahunan masih kurang walaupun ada carry over. Namun, diakui Ketut, produksi beras tiap tahun masih surplus setelah dikurangi konsumsi.

Terakhir, urai Ketut, jumlah impor beras khusus menurun. Dia menyebut beras Jasmine yang selama ini diimpor ternyata bisa diganti dari produksi domestik.

Memang ini belum jelas benar. Akan tetapi, kata dia, penurunan impor itu juga berpengaruh pada pasokan beras.

Tantangan lain adalah perintah Presiden Joko Widodo yang meminta Bapanas memperpanjang penyaluran bantuan sosial (bansos) beras 10 kg untuk 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM), dari Juni hingga Agustus. Ini merupakan kelanjutan dari penugasan penyaluran bansos beras kepada Bulog selama tiga bulan, Maret-Mei, yang telah dimulai bulan lalu.

"Ini juga menambah tantangan kita untuk penyediaan cadangan pangan, khususnya beras. Untuk itu, saya mengimbau mari bersama-sama mendorong suplai beras ke Bulog. Bagaimana Bulog berstrategi agar serapan dalam negeri bisa dioptimalkan," tuturnya.

Guna menyeimbangkan stok beras, Ketut merekomendasikan pola jungkat-jungkit.

Maksudnya, keran impor kepada Bulog yang tahun ini dialokasikan 2 juta ton beras akan ditutup ketika pemenuhan cadangan beras dalam negeri mulai membaik.

Sebaliknya, apabila cadangan belum terpenuhi, keran impor tetap dibuka sehingga stok beras seimbang.

Dari awal tahun 2023 hingga saat ini, Bulog baru bisa menyerap 222 ribu ton beras.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News