Ini Pesan SBY untuk Jokowi di saat Rupiah Lemah
jpnn.com - JAKARTA - Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono mengimbau semua pihak, termasuk masyarakat, untuk tidak mencari dan saling menyalahkan di tengah mencuatnya krisis ekonomi yang ditandai dengan melemahnya rupiah.
"Prinsip kepemimpinan yang saya anut - pantang menyalahkan baik pendahulu maupun pengganti saya. Tabiat menyalahkan tak baik & tak arif. Saya juga tak suka menyalahkan pendahulu. Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur & Ibu Megawati, semua ingin berbuat yg terbaik untuk rakyatnya," ungkap SBY di akun facebook Susilo Bambang Yudhoyono, Kamis (18/12) dini hari.
SBY menilai, dalam situasi ini, pemerintah dan rakyat tidak boleh saling menyalahkan apalagi mencari kambing hitam. Selain tak etis, SBY mengatakan sekarang yang terpenting adalah solusi. "Saya ingin berbagi ilmu & pengalaman. Berikut bagaimana saya & para pembantu saya atasi krisis. Sebagian mengenalnya sebagai SBYnomics," tulisnya.
SBY mengklaim, pada Oktober 2013, saat menjadi Ketua APEC, dia menyampaikan bahwa semua "emerging economies", termasuk Indonesia menghadapi tantangan yang berat. Tantangan itu antara lain berupa pelambatan pertumbuhan, menurunya nilai tukar, jatuhnya harga komoditas pertanian dan mineral.
"Saya sampaikan era dolar murah sudah usai. Saya perkirakan nilai tukar rupiah kita tahun 2014 tembus Rp 12.000 per 1 dolar AS. Saya tak pernah menjanjikan rupiah akan menguat bahkan di bawah Rp 10.000 per dolar AS, karena saya tahu situasi ekonomi dunia. Nilai tukar rupiah kita saat ini ditentukan oleh faktor "supply-demand", kebijakan moneter bank sentral AS & juga spekulasi pasar," beber SBY.
Menurut SBY, tekanan ekonomi ada yang bersifat global (akibat kebijakan Bank Sentral AS, turunnya pertumbuhan Tiongkok & stagnasi ekonomi Eropa), ada juga yang bersifat nasional, misalnya adanya defisit perdagangan dan anjloknya nilai ekspor kelapa sawit, batubara dan lainnya.
"Ekonomi yg kurang cerah di Tiongkok, Jepang & Eropa bagaimanapun akan menurunkan peluang ekspor & investasi di Indonesia. Itulah sebabnya selaku Presiden (saat itu) saya tetapkan pertumbuhan yang realistik sekitar 5-6 %. Saya tahu situasi global, kawasan & nasional. Saya tidak memberikan angin surga, ekonomi kita akan tumbuh tinggi hingga 7 %. Semua negara menurunkan angka pertumbuhannya," tandas SBY.
SBY menuliskan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok kini hanya 7 persen yang biasanya mencapai 8-10 %. Hal itu berdampak negatif pada perdagangan dan investasi ke negara lain, termasuk Indonesia.
JAKARTA - Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono mengimbau semua pihak, termasuk masyarakat, untuk tidak mencari dan saling menyalahkan di tengah
- BTN Raih Penghargaan di Ajang LinkedIn Talent Awards
- Melalui UMK Academy, Pertamina Dukung UMKM Bersaing di Tingkat Global
- Pupuk Kaltim Kembali Raih Predikat Platinum di Ajang ASSRAT 2024
- Pegadaian Gelar Media Awards 2024, Puluhan Jurnalis Raih Penghargaan
- Pertamina Regional Indonesia Timur Raih Penghargaan Internasional Best Practice GCSA 2024
- Mendes Yandri Susanto Sebut BUMDes Penting Cegah Efek Negatif Urbanisasi Bagi Desa