Ini Soal Nada, Tekanan Suara, Hingga Gesture Capres di Debat Pertama

Ini Soal Nada, Tekanan Suara, Hingga Gesture Capres di Debat Pertama
Ini Soal Nada, Tekanan Suara, Hingga Gesture Capres di Debat Pertama

"Ini yang menjelaskan mengapa orang yang bertengkar selalu meninggikan suaranya untuk meyakinkan dirinya lebih benar," katanya.

Sebaliknya Jokowi yang bercerita hal-hal yang dialami dan dilakukannya menggunakan register wajar atau bawah yang memberi efek menenteramkan.

Orang-orang yang percaya diri tidak akan memilih register suara atas, karena dia tidak perlu meyakinkan orang akan narasi yang dibawakannya.

"Maka suara dengan register yang wajar atau bawah adalah ekspresi pembicara yang tegas dan jujur," papar Jay.

Dia menegaskan, pembicara yang menggunakan kata-kata yang mengancam dengan register suara kasar dan keras, adalah eskpresi manusia yang kemampuan berpikirnya dangkal dan hidup dalam kesadaran purbawi.
"Pembicara seperti itu jelas sedang menyembunyikan kelemahan paling esensial sebagai manusia berpikir, dan menarik dirinya ke zaman batu yang setiap ungkapan pikiran digunakan auman dan pukulan," ungkap Jay.

Menurut Jay, sepandai-pandainya orang belajar pidato di John Robert Power dan berbagai kursus presentasi, kejujuran dan kebohongan akan terbaca oleh ahli suara, terlebih ketika ditambahkan dengan variabel gesture dan sorot mata.

"Dunia menjadi telanjang di depan ahli semiotika suara. Orang jujur tidak perlu belajar bicara di depan umum karena kejujuran dan kewajaran selalu membuat orang jatuh hati," pungkasnya. (boy/jpnn)

JAKARTA -- Banyak pihak menilai pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla unggul atas pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam debat calon presiden yang


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News