Ini Solusi untuk UMKM agar Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19
Kedua, lanjut dia, adalah hunger. “Jadilah UMKM yang ingin makan sebanyak-banyaknya,” sambung Tibiyani.
Pelaku usaha tak boleh puas jika sudah mencapai target tertentu. Mengembangkan diri dan juga usaha harus terus menerus dilakukan.
Ketidakpuasan terhadap capian dalam satu hal ini akan terus melecut diri.
Selanjutnya, kata Tibiyani, adalah no hard feeling. “Jangan baperan,” kata dia.
Kunci ketiga ini yang kerap menjadi kendala bagi sebagian masyarakat Indonesia. Sikap seperti itu dinilai justru bisa menghambat seorang pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya.
“Seseorang capable atau tidak di entrepreneur bisa dilihat dari tiga kriteria itu. Jika ada tiga itu, itu akana menjadi modal untuk tetap survive meski dihantam pandemi,” kata Tibiyani.
Dalam diskusi yang sama, dosen Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Achmad Mughni, mengatakan, 99 persen usaha di Indonesia berskala UMKM.
Artinya, apa yang terjadi pada UMKM akan sangat berpengaruh terhadap yang lain. Sektor ini menjadi sangat vital dalam menopang perekonomian nasional.
Pelaku usaha termasuk UMKM harus mampu menjadikan kesulitan sebagai peluang untuk melompat lebih tinggi.
- Buka Peluang Pasar UMKM ke Luar Negeri, Bea Cukai Tingkatkan Sinergi Antarinstansi
- Perluas Akses Pembiayaan UMKM, BNI Gandeng Batumbu
- OJK: Hadirnya PP 47/2024 Berdampak Positif Bagi Keberlangsungan UMKM ke Depan
- Peruri dan BPR Percepat Layanan Keuangan Digital bagi UMKM
- Sebanyak 90 Ribu Pengunjung Hadiri SIAL Interfood 2024
- Ini Cara Bea Cukai Dorong UMKM Naik Kelas di Pasuruan, Tanjungpinang, dan Jambi