Inilah Orasi Ilmiah Lengkap Bu Mega di Korsel!

 Inilah Orasi Ilmiah Lengkap Bu Mega di Korsel!
Presiden Kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri menyampaikan orasi ilmiah pada acara penganugerahan gelar kehormatan doktor honoris causa. Foto JPNN.com

Mereka mengembangkan kepak sayap kemerdekaan, yang diikat dengan emotional bounding rasa senasib-sepenanggungan antar bangsa Asia Afrika. Mereka memimpin gerakan bersama untuk menebarkan spirit kemerdekaan diawali dengan Konferensi Asia Afrika. Hadirlah antitesa dari penderitaan akibat imperialisme dan kapitalisme di Asia Afrika, yaitu berupa kehendak dan gerakan bersama bangsa-bangsa Asia Afrika untuk memasuki suatu tatanan dunia baru. Tatanan dunia baru, yaitu dunia tanpa exploitation de l'homme par l'homme, dunia tanpa exploitation de nation par nation. Lahirlah suatu sintesa, yaitu kemerdekaan bangsa-bangsa Asia, Afrika dan Amerika Latin.

Saudara-saudara,

Saya merupakan salah satu saksi mata peristiwa Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955. Gerakan Asia Afrika yang merupakan antitesa dari praktek ekonomi kapitalistik, berlajut dengan Gerakan Non Blok pada tahun 1961. Gerakan Non Blok adalah gerakan negara-negara yang tidak mau terjebak dalam blok-blok perang dingin antara Amerika dan Uni Soviet. Pendirinya adalah Josip Broz Tito (Presiden Yugoslavia), Soekarno (Presiden Indonesia), Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir), Pandit Jawaharlal Nehru.

(Perdana Menteri India) dan Kwame Nkrumah (Presiden Ghana). Saya adalah peserta termuda dalam Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok Pertama di Beograd, Yugoslavia. Lima basis pondasi Gerakan Non Blok adalah: saling menghormati integritas dan kedaulatan masing-masing negara, perjanjian non-agresi tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain, kesetaraan dan keuntungan bersama, serta menjaga perdamaian. Salah satu rekomendasi penting dari konferensi tersebut adalah desakan kepada Amerika dan Uni Soviet untuk tidak menggunakan senjata nuklir.

Saudara-saudara,

Saya sengaja menceritakan sekelumit sejarah peradaban di abad 20. Mari kita lakukan otokritik pada langkah-langkah politik dan ekonomi yang terjadi di abad 21 ini. Ternyata, imperialisme dan kapitalisme yang merupakan watak ingin menguasai orang dan bangsa lain, masih terus menggurita. Hubungan antar bangsa jadi salah kaprah dalam relasi dominasi. Saya sendiri tidak anti asing. Bagi saya, kerjasama dengan bangsa lain merupakan keharusan, karena kita memang tidak dapat mengisolir diri dari bangsa lain.

Lagipula, nasionalisme tidak boleh dipahami sebagai suatu sikap anti asing dan perilaku fanatik, yang kemudian akan memunculkan gerakan chauvinisme nasionalis. Namun demikian, dengan berada dalam pergaulan internasional dan dengan terlibat kerjasama politik dan ekonomi dengan bangsa lain, bukan berarti kita menyerahkan kedaulatan bangsa sendiri kepada orang lain.

Para pendiri bangsa yang terlibat dalam Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok, menjadi bukti sejarah nyata dalam peradaban manusia. Gerakan yang mereka lakukan adalah fakta sejarah tentang solidaritas, toleransi dan gotong royong bangsa-bangsa. Mereka membuktikan bahwa cita-cita untuk mencapai Trisakti bagi bangsanya, bukan berarti dengan cara mengeksploitasi dan menindas bangsa lain.

Antitesa dari situasi tersebut lahirlah kesadaran nasional, perasaan harus merdeka, dan kehendak kolektif melawan penindasan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News