Inisiator GGSI Ungkap Peran Strategis Guru Dalam Menyelamatkan Bonus Demografi

Inisiator GGSI Ungkap Peran Strategis Guru Dalam Menyelamatkan Bonus Demografi
GGSI di hadapan ratusan guru Muhammadiyah dalam acara penyuluhan gadget sehat, di Kecamatan Baki Solo, Kamis (2/11). Foto: dok GGSI

Jika itu berlangsung singkat atau hanya beberapa menit, hal itu tidak begitu berdampak.

"Namun, jika tekukan itu terjadi lebih dari dua jam dan secara terus menerus, ini menjadi masalah. Maka akan terjadi gangguan yakni saraf kejepit pada bagian leher," dia menambahkan.

Gejalanya, lanjut dia, yakni berat di pundak, leher pegal, tangan kesemutan, dan bangun tidur tidak segar.

Menurut Ridha, dahulu gejala tersebut sering dirasakan orang tua usia 60 tahun ke atas, tetapi sekarang mulai dirasakan remaja baik tingkat SMA, SMP, bahkan anak SD.

"Parahnya lagi, jika gejala awal itu diabaikan dan terus menggunakan gadget dengan posisi yang salah dan dalam durasi waktu yang lama maka yang terjadi adalah kematian saraf," ucapnya.

Kematian saraf itu lebih berbahaya dan berujung cacat dengan gejala yang dialami ialah kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil loss atau tidak terasa dan seksualitas bagi kaum lelaki hilang.

"Jika seperti ini, tidak ada obat yang menyembuhkan dan tidak ada operasi yang bisa mengembalikan," tuturnya.

Akibatnya, lima hingga 10 tahun ke depan Indonesia akan melahirkan generasi yang cacat.

Sosok guru dinilai memiliki peran strategis dalam menciptakan generasi berkualitas, yakni generasi pintar, sehat dan juga bermoralitas baik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News