Innalillahi, Sang Mata-mata Meninggal Dunia

Innalillahi, Sang Mata-mata Meninggal Dunia
Foto Melan Wasito di samping jenazahnya di rumah duka. Foto: USAY NOR RAHMAD/RADAR SAMPIT/JPNN.com

Saat itu keamanan Indonesia belum cukup stabil, termasuk di Sampit, pasca pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Perjuangan tentara Indonesia masih terus berlanjut untuk mencapai keamanan dan kedamaian di seluruh Indonesia. Dan beliau adalah salah satu pejuang tersebut.

Untuk menghargai jasa beliau itulah, makanya Kodim 1015/Sampit yang dipimpin oleh Dandim Letkol Inf I Gede Putra Yasa, sepakat mengadakan pemakaman secara militer.

Karena jika mengikuti aturan baku, sebenarnya tidak ada kebijakan yang mengatur agar pemakaman seorang veteran dilaksanakan secara militer.

”Ini merupakan wujud penghormatan kami kepada beliau sebagai senior dan pahlawan, makanya dilakukan pemakaman secara militer. Karena beliau kan salah satu pejuang kemerdekaan, kalau tidak ada beliau mungkin kita tidak merdeka,” ujarnya ketika di hubungi Radar Sampit (Jawa Pos Group).

Dan ia pun membenarkan bahwa dalam penempatan makam di Taman Makam Pahlawan ada klasifikasi khusus.

Misalnya Prajurit TNI dengan jabatan bintang sakti atau gerilya. Jadi tidak bisa sembarangan. Dan ini sudah menjadi aturan baku pemerintahan, bukan diatur oleh Kodim 1015/Sampit.

Kendati demikian, Kodim 1015/Sampit tetap berupaya memberikan penghormatan yang sepantasnya bagi veteran yang meninggal dunia. Yakni, dengan mengadakan pemakaman secara militer.

Seorang Pahlawan Kemerdekaan di Kotawaringin Timur (Kotim), Kalteng, Melan Wasito, tutup usia. Duka mengiringi kepergian ‘sang mata-mata’.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News