Insentif Pemerintah untuk Industri Berbasis Ekspor Masih Rendah
![Insentif Pemerintah untuk Industri Berbasis Ekspor Masih Rendah](https://cloud.jpnn.com/photo/arsip/watermark/2017/07/11/ilustrasi-peti-kemas-foto-frizaljawa-pos.jpg)
Memang, industri pengolahan sudah menunjukkan tanda-tanda bergeliat ditandai dengan peningkatan impor bahan baku dan penolong Maret lalu.
’’Namun, daya saing produk olahan kita masih rendah. Hal itu yang sulit bagi kita,” urainya.
Untuk itu, Kadin meminta adanya konsistensi kebijakan dan insentif dari pemerintah.
Sebab, bagi sektor industri terutama yang berbasis ekspor, insentif dari pemerintah dinilai masih kurang.
’’Banyak hal, seperti industri yang didorong agar ada penghiliran di dalam negeri. Tetapi di tengah jalan ekspor barang mentahnya dibuka kembali. Padahal, kita tahu harga produk mentah itu justru rawan terguncang secara global,” bebernya.
Hal tersebut tecermin dari catatan ekspor industri pengolahan yang sepanjang kuartal I 2019 masih terkoreksi 6,61 persen secara YOY menjadi USD 29,92 miliar.
Disinggung mengenai upaya peningkatan kapasitas industri, Kadin menilai peningkatan kapasitas industri tidak secara langsung dapat berdampak pada kenaikan ekspor. Sebab, prosesnya membutuhkan waktu. (agf/c17/oki)
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Perdagangan Internasional dan Investasi Indonesia Shinta Kamdani optimistis target pertumbuhan ekspor nonmigas delapan persen bisa tercapai.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Taru Martani Sukses Ekspor Perdana di 2025, Begini Harapan Bea Cukai Yogyakarta
- PTPN IV Kirim 10 Ribu Ton CPO Bersertifikasi RSPO SG, Potensinya USD 9 Juta
- Ekspor Perdana di 2025, Taru Martani Berhasil Kirim 5.200 Batang Cerutu ke Taipei
- PT Legend Packaging Indonesia Tancap Gas Ekspor Usai Dapat Fasilitas Fiskal Berikat
- Kanwil Bea Cukai Banten Layani Kargo Perdana ke Pusat Logistik Berikat di Cilegon
- Bea Cukai Jagoi Babang Terus Bantu Pelaku UMKM Kembangkan Usaha Lewat Ekspor