Inspirasi Bung Karno Bagi Milenial

Oleh Benny Sabdo - Pemikir Soekarnoisme & Anggota Bawaslu DKI Jakarta 2022-2027

Inspirasi Bung Karno Bagi Milenial
Pemikir Soekarnoisme & Anggota Bawaslu DKI Jakarta 2022-2027. Foto: Dokumentasi pribadi

Di Eropa Utara, sentimen anti-imigrasi, sedangkan di Indonesia sentimen yang berkaitan dengan identitas agama. Eksploitasi sentimen tribal ini telah terbukti efektif dalam gelaran pilkada DKI Jakarta 2017, di mana kontestasi pemilihan berubah menjadi perang sentimen agama.

Dengan ideologi semacam inilah demokrasi menjadi turun reputasinya. Karena demokrasi elektoral itu bergantung pada preferensi pemilih.

Sementara preferensi pemilih dibentuk oleh pandangan kelompok berdasarkan fanatisme religius.

Ketika proses elektoral ini diangkat dengan politik identitas sempit melebihi nilai-nilai yang berdasarkan kepentingan umum, kita mengetahui bahwa demokrasi dapat menghasilkan sesuatu yang buruk dan menakutkan.

Pemilu hendaknya menjadi sarana perwujudan kedaulatan rakyat dalam semangat persatuan, bukan justru memecah belah persatuan bangsa.

Dalam era demokrasi modern, pemilu merupakan instrumen rakyat memilih pemimpin secara langsung, umum, bebas dan rahasia, serta jujur dan adil.

Negara Indonesia telah memilih sistem demokrasi untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dan keadilan sosial sesuai dengan Pancasila. 

Dengan tidak bermaksud mengurangi bobot nilai sila-sila lain dalam Pancasila, mungkin tidak berlebihan kalau disebutkan sila “Persatuan Indonesia” mempunyai corak yang lebih heroik dibanding dengan sila-sila lainnya. Para pendiri negara yang pada waktu itu merasakan betapa pedihnya menjadi bangsa yang terjajah, dengan bebagai ungkapan, mereka menggelorakan semangat untuk bersatu.

Bung Karno mengonstruksikan identitas dan karakter bangsa dengan konsep nation and character building yang memberi warna pada semangat kebangsaan Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News