Instruksi SBY Bisa Bingungkan TNI
Pengamat soal Pembatasan Penerbangan Pesawat Militer
Senin, 15 Juni 2009 – 08:19 WIB
Mantan Kadispen TNI-AU itu menegaskan bahwa perintah presiden akan direspons secara profesional. "Kita tetap melaksanakan penerbangan-penerbangan rutin, namun dengan prinsip efisien," katanya.
Secara terpisah, peneliti militer Rizal Darmaputera menilai perintah presiden membatasi penerbangan agak terlambat. "Seharusnya itu tak perlu menunggu pesawat jatuh," komentar direktur Lembaga Studi Pertahanan dan Strategi Indonesia itu.
Tetapi, dia menilai saat ini Indonesia dihadapkan pada masalah krisis pengamanan kedaulatan, seperti di wilayah Ambalat. "Kalau pengertian dikurangi atau dibatasi itu tidak ditafsirkan secara lugas, justru akan menimbulkan kebingungan di level pelaksana, yakni TNI itu sendiri," katanya.
Menurut Rizal, pangkal musibah penerbangan militer di Indonesia tetap terkait masalah budgeting (anggaran) perawatan pesawat. Misalnya, TNI-AU hanya dijatah Rp 100 miliar untuk biaya operasional perawatan rutin. Padahal, satu Hercules saja butuh biaya Rp 80 miliar. "Karena itu, TNI AU harus segera melakukan pembenahan total. Kalau perlu, secara frontal," usulnya.(rdl/dwi)
JAKARTA - Mabes TNI merespons perintah presiden untuk membatasi penerbangan pesawatnya. Kendati begitu, TNI akan memilah dulu mana saja pesawat yang
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Pj Gubernur PBD Ingatkan ASN Agar Tidak Bermental Seperti Bos yang Minta Dilayani
- Sampaikan Orasi Ilmiah di Untirta, Mendes PDT Minta Sarjana Balik ke Desa
- Prabowo Tegaskan Indonesia Mendukung Perdagangan Terbuka dan Adil
- Mentras Iftitah Bersilaturahmi ke Eks Mentrans AM Hendropriyono
- Ini Upaya Propan Raya dan LPJK dalam Perlindungan Gedung dari Kebakaran
- Mendikdasmen Beri Sinyal Ada Regulasi Baru Penempatan Guru PPPK, Hamdalah