Integrasi Mata Rantai Produksi demi Kedaulatan Pangan

Moeldoko menambahkan, masalah pertanian bukan saja berhenti pada tahap on farming (budi daya), namun juga sampai pada tahap pascapanen.
Dia mencontohkan petani sayur yang membawa hasil produknya ke pasar dengan cara diduduki atau ditiduri dalam perjalanan. Cara ini tentu mengurangi mutu produk.
Pada kondisi inilah perempuan HKTI harus memberi pembelajaran yang baik. “Kehadiran kalian harus memberi added value lewat peningkatan kualitas, branding, dan akses pasar,” terang Moeldoko.
Selain itu, masih banyak petani kelapa yang berpikir menjual kelapa. Padahal, ada banyak produk unggulan derivatif dari kelapa seperti virgin coconut oil, arang, dan sabut.
“Hal-hal seperti ini lebih dieksploitasi. Penyelesaian masalah petani harus kita selesaikan dari ujung ke ujung,” kata Moeldoko.
Oleh karena itu, lanjut Moeldoko, HKTI perlu menggali kembali kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber pangan yang telah dikonsumsi turun-temurun seperti sagu di Papua. (jos/jpnn)
Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko mengatakan, kedaulatan pangan mesti dicapai dengan mengintegrasikan mata rantai produksi.
Redaktur & Reporter : Ragil
- Bulog Cetak Penyerapan Gabah Petani Capai 725.000 Ton, Rekor Tertinggi 10 Tahun Terakhir
- Meraup Untung dari Kemacetan Arus Mudik, Pedagang Kopi Keliling Berseliweran
- Serapan BULOG Melonjak 2.000 Persen, Hendri Satrio: Dampak Tangan Dingin Mentan Amran
- Hadapi Puncak Panen, Bulog Jatim Optimalisasi Sarana Pengeringan dan Pengolahan
- MPKI: Kepala Daerah Bertanggung Jawab Melindungi Ekosistem Pertembakauan Nasional
- Bulog Karawang Tetap Serap Gabah Petani Meski Realisasi Telah Mencapai 136%