Internal Istana Kritik Kabinet

Dianggap Belum Mampu Bikin Gebrakan

Internal Istana Kritik Kabinet
Internal Istana Kritik Kabinet
Menteri-menteri, menurut dia, semestinya juga lebih aktif menawarkan variasi turunan dari kebijakan pokok pemerintah. Artinya, setiap menteri harus lebih aktif berbicara dan berkerja di ruang publik dengan menyerap masukan, menanggapi feedback, bahkan membuat policy (kebijakan) baru sebagai koreksi. "Mereka harus lebih sering terlihat di daerah daripada jalan-jalan di sekitar Thamrin menuju istana," sindirnya. "Satu tahun ini, masa konsultasi dengan presiden cukup. Mereka mestinya tahu policy dasar pemerintah. Ini saatnya lebih banyak menatap dunia daripada mengurung diri," sambung Daniel.

Menjelang satu tahun pemerintahan SBY, Daniel menyebut presiden tengah menyiapkan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja kabinetnya. Tapi, dia tidak bisa memastikan apakah evaluasi itu akan berujung reshuffle kabinet. "Bukan kewenangan saya untuk bicara. Tapi, kita tidak terkejut kalau itu terjadi. Siapa pun yang mendapat mandat memimpin negeri ini pasti ingin memastikan pembantunya adalah orang-orang terbaik di bidangnya," tuturnya.

Daniel hanya memberikan sinyal, kalaupun terjadi pergantian menteri, tidak akan terjadi perubahan mendasar dalam arah kebijakan SBY. Dia menyatakan, perubahan harus bersifat sustainable atau berkelanjutan sebagai produk serangkaian policy yang terlembaga.

"Pemerintahan ini menghindari perubahan, pertumbuhan, dan pembangunan yang menganut pola eratis seperti air muncrat lumpur Lapindo. Muncul, terus menghilang, lalu muncul lagi di tempat lain. Jadi, tidak boleh hanya karena menterinya berganti, perubahan muncul di pojok sana. Ini bukan sesuatu yang planned (terencana) dan terstruktur," beber Daniel. (pri/kuh/c3/tof)

JAKARTA -- Sinyal reshuffle kabinet dalam waktu dekat semakin jelas. Banyak pihak yang tak puas terhadap kinerja sejumlah menteri Kabinet Indonesia


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News