Interpreter Andalan Pemkot Surabaya Farah Andita Ramdhani
Tolak Gaji Lebih Besar karena Ingin Mengabdi
Terkadang, dia sebenarnya mengerti istilah tersebut secara langsung, tapi saat ingin diucapkan tidak mau keluar. Biasanya kondisi seperti itu terjadi saat kelelahan melanda. Dia menjadi penerjemah sejak pagi hingga sore secara terus-menerus.
Pernah suatu hari dia menjadi interpreter saat Risma bertemu dengan tamu asing. Pokok bahasan berkaitan dengan aplikasi keuangan yang dimiliki Pemkot Surabaya. Namanya e-budgeting. Aplikasi itu digunakan untuk perencanaan anggaran di lingkungan internal pemkot. Sempat tertukar kata expenditure (pengeluaran) dengan revenue (pendapatan). ”Bu Risma langsung membenarkan itu,” katanya tersipu malu.
Pernah pula suatu ketika dalam forum internasional, Farah miskomunikasi. Dia sudah kadung terbiasa mendengarkan Risma memaparkan konsep secara utuh, baru setelah itu diterjemahkan.
Tapi, saat itu baru satu kalimat, Risma berhenti berbicara. Biasanya satu paragraf baru berhenti berbicara untuk kemudian diterjemahkan. Farah pun diam saja. ”Sampai Bu Risma panggil saya, Mbak agak keras. Baru saya terjemahkan satu kalimat itu,” tambahnya.
Yang selalu dia ingat, pada saat menjadi interpreter dalam pertemuan wali kota Surabaya dengan tamu-tamu dari negara lain, pasti ada yang baru. Risma kerap mengungkapkan gagasan terkini terkait dengan kota. Mulai transportasi, lingkungan, hingga kondisi perekonomian. ”Menunggu-nunggu nanti akan ngomong apa lagi ya,” ujar Farah.
Sejauh ini Farah memang selalu menjadi andalan dalam setiap pertemuan pemkot dengan tamu dari luar negeri. Itulah yang membuat dia diajak ke mana-mana bila pemkot punya acara khusus yang berkaitan dengan diplomasi kota. Itu pula yang membuat dia bangga dengan posisinya saat ini.
Dia juga pernah mendapat pujian dari Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia Rob Swartbol. Bahkan, dia ditawari untuk bekerja di kedutaan.
Namun, Farah menolak. Dia sudah betah bakerja di pemkot. Dia pernah diajak ke Jerman dan berada dalam satu ruangan dengan Kanselir Jerman Angela Merkel. ”Kalau bukan sebagai interpreter di pemkot, mungkin saya tidak bisa ke luar negeri,” kata perempuan yang kini dalam tugasnya sudah mempunyai satu rekan kerja baru itu. Sebelumnya, dia memang bertugas sendirian.
Farah Andita Ramdhani adalah salah seorang di balik layar hubungan baik Surabaya dengan kota-kota di luar negeri. Dia punya peran penting sebagai
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408