Invasi Rusia Membelah Gereja Ortodoks, Patriark Kirill Jadi Musuh Bersama
"Rakyat Ukraina harus membuat pilihan mereka sendiri, bukan di bawah todongan senjata, tanpa tekanan dari Barat atau Timur," bunyi tulisan itu, merujuk pada jutaan orang di Ukraina yang kini terpecah antara Moskow dan Kyiv.
Di Amsterdam, perang meyakinkan para imam di paroki Ortodoks St. Nicholas untuk berhenti mendoakan Kirill dalam kebaktian.
Seorang uskup Rusia di Eropa Barat sempat mencoba mengubah pikiran mereka tetapi paroki memutuskan hubungan dengan Patriarkat Moskow, menyebut keputusan itu sebagai "langkah sulit yang diambil dengan rasa sakit di hati kami".
"Kirill telah mendiskreditkan Gereja," kata Pendeta Taras Khomych, dosen senior teologi di Liverpool Hope University dan anggota Gereja Katolik Ritus Bizantium Ukraina.
"Lebih banyak orang ingin berbicara di Rusia tetapi takut," katanya kepada Reuters dalam wawancara telepon.
Ukraina memiliki sekitar 30 juta penganut Ortodoks, yang terbagi antara Gereja Ortodoks Ukraina dari Patriarkat Moskow (UOC-MP) dan dua Gereja Ortodoks lainnya, salah satunya adalah Gereja Ortodoks Ukraina autocephalous, atau independen.
Kyiv Metropolitan (Uskup Agung) Onufry Berezovsky dari UOC-MP meminta Putin untuk "segera mengakhiri perang saudara".
Metropolitan UOC-MP lainnya, Evology, dari kota timur Sumy, mengatakan kepada para imamnya untuk berhenti berdoa untuk Kirill .
Gereja Ortodoks terbelah akibat invasi yang diluncurkan Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap Ukraina, Patriach Kirill kini menghadapi pemberontakan
- Seusai Bertemu Putin, Kim Jong Un: Rusia Sahabat & Sekutu Paling Jujur
- Pertama Kali dalam 24 Tahun, Vladimir Putin Kunjungi Korea Utara
- Vladimir Putin: Rusia Akan Menghalalkan Segala Cara demi Kedaulatannya!
- Rusia Berduka, Putin Tetapkan 24 Maret Hari Berkabung Nasional
- Putin Menang Telak di Pilpres Rusia, Erdogan Menyambut Gembira
- Dunia Hari Ini: Putin Meraih Suara Hampir 90 Persen dalam Pemilu Rusia