Investasi Sektor Migas, Oke di Hulu Tapi Memble di Hilir
Sabtu, 01 Oktober 2011 – 10:01 WIB
Anggota Komisi VII DPR Satya W. Yudha menilai, selama ini sektor hilir migas memang sepi peminat. Selain karena margin keuntungan yang tipis, pengembangan industri hilir juga terkendala jaminan pasokan crude oil. "Tapi, hilir ini penting untuk memperkuat ketahanan energi nasional, agar kita tidak tergantung impor BBM dari Singapura," ucapnya.
Baca Juga:
Sebagaimana diketahui, saat ini, kebutuhan BBM Indonesia mencapai kisaran 1,3 hingga 1,4 juta barel per hari. Sementara produksi BBM dari kilang pengolahan minyak Pertamina kurang dari 1 juta barel per hari, sehingga kekurangan 300 hingga 400 ribu barel per hari harus diimpor dari Singapura.?
Sementara itu, terkait klaim sukses pemerintah menggenjot investasi industri hulu migas, pengamat perminyakan yang juga Direktur ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menilai, tingginya investasi migas di hulu itu masih jauh dari ideal. "Sebab, investasi itu menumpuk di kegiatan eksploitasi saja, sementara di kegiatan eksplorasi masih sangat minim," ujarnya.
Menurut Pri Agung, dari total belanja KKKS yang 2010 lalu mencapai USD 21,94 miliar, hanya sekitar 6 ? 8 persen yang dialokasikan untuk kegiatan eksplorasi. Artinya, sebagian besar dana itu digunakan untuk biaya sumur-sumur yang sudah produksi. Jika kondisi seperti ini tidak dibenahi, maka cadangan migas akan menyusut. "Idealnya, minimal 10 persen dari belanja untuk eksplorasi," katanya. (owi)
JAKARTA - Investasi di sektor minyak dan gas (migas) terus menggeliat. Di sektor hulu atau eksplorasi dan produksi, investasi terbilang oke. Sayangnya,
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- SPSL Berhasil Memenuhi Sertifikasi Halal pada Layanan Logistik & Cold Storage
- Alhmadulillah, Utang-Utang UMKM di Sumsel yang Macet Akan Dihapus
- Awal Tahun Harga Cabai Rawit Merah Meroket jadi Rp 117 Ribu Per Kilogram
- Jembatani Kebutuhan Diaspora, Master Bagasi Dukung Pertumbuhan Ekonomi
- Harga Emas Antam Hari Ini 7 Januari 2025 Turun Tipis, Berikut Daftarnya
- Realisasi APBN untuk Subsidi BBM hingga Listrik 2024 Capai Rp 434,3 Triliun