Investasi SoftBank ke GRAB Dikhawatirkan Muncul Iklim Bisnis Tak Sehat
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Ekonomi Yanuar Rizky menilai masuknya investasi baru SoftBank sebesar USD 1,4 miliar pada putaran pendanaan seri H Grab Inc sebagai aksi konglomerasi dengan tujuan menciptakan monopoli di industri ojek online Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Yanuar menjelaskan, monopoli dimungkinkan dengan menerapkan tarif serendah-rendahnya bagi konsumen atau predatory pricing sehingga merugikan pesaing hingga akhirnya mati.
“Itu arah konglomerasi bagaimana menguasai pasar dengan bakar duit mencapai harga serendah-rendahnya. Di satu sisi menguntungkan konsumen tapi di sisi lain ketika tidak ada saingan bisa seenaknya menentukan harga,” ujarnya di Jakarta.
Menurut Rizky, predatory pricing atau aksi bakar duit yang berpotensi dilakukan Grab memiliki tujuan untuk menguasai pasar dengan cara memonopoli sistem.
“Di situlah yang terakhir, kalau lawannya belum menyerah bakar duit tidak akan ada selesainya,” tegasnya.
Sebelumnya, perusahaan raksasa keuangan Asia, Softbank dikabarkan akan kembali menyuntik investasi ke aplikator transportasi online, Grab.
Hal ini direspresentasikan melalui pernyataan resmi CEO Grab Inc, Anthony Tan yang mengatakan bahwa SoftBank akan kembali menanamkan investasinya dalam jumlah yang besar dalam waktu dekat.
"Pekan lalu saya bertemu Masayoshi San (CEO SoftBank) dan dia menyatakan akan memberi dukungan dalam jumlah yang tanpa batas untuk memperkuat perkembangan perusahaan Kami," ujar Tan seperti dikutip dari keterangan resminya.
Kenaikan tarif penumpang dituding sebagai langkah monopoli yang dilakukan oleh Grab.
- Soal Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang, Yoyok Sukawi Punya Strategi Tembus 7 Persen
- Dorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Perumda Sarana Jaya Meluncurkan Warna Fine Living
- Pertumbuhan dan Pasar Properti Jakarta di Kuartal 3 Stabil
- Pembangunan IKN Jadi Daya Ungkit Realisasi Investasi di Kalimantan Timur
- Pluang Luncurkan Opsi Saham AS, Terobosan Baru dalam Investasi di Indonesia
- Usut Kasus Investasi Fiktif, KPK Periksa Direktur KB Valbury Sekuritas