Investor Asing Borong Saham
Kamis, 17 Januari 2013 – 02:20 WIB
Purbaya menjelaskan, depresiasi rupiah yang cukup dalam ini setidaknya dipicu oleh empat faktor. Faktor pertama adanya sentimen negatif memburuknya neraca pembayaran khususnya neraca berjalan (current account), yang dipicu oleh seretnya kinerja ekspor dan sebaliknya aliran impor makin deras.
Kedua, penyelesaian krisis utang Benua Biru Eropa yang masih belum pasti, ketiga likuiditas USD sangat terbatas lantaran performa ekspor yang tak mampu mengompensasi. Dan ke empat adalah instrumen penempatan dana valas di dalam negeri juga sangat terbatas.
Kendati demikian, aksi intervensi Otoritas moneter Bank Indonesia (BI) dengan mengguyur dollar ke pasar makin terasa. Hal ini terlihat dari rupiah yang kemarin kembali menguat sebesar 50 poin di angka 9.690 per USD, dari titik terendahnya 9.740 per USD pada Selasa (15/1).(gal)
JAKARTA - Tren nilai tukar rupiah akhir-akhir ini memang tengah lesu darah. Namun, tren tersebut tak begitu saja memicu sentimen negatif terhadap
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi