IOTA Resmi Merilis Smart Contract, Dibidik Lebih Canggih
Selain itu, smart contracts IOTA dapat ditulis dalam soliditas (bahasa pemrograman Ether) yang berlabuh dalam bahasa pemrograman IOTA.
Sebagian orang mengatakan IOTA cukup terlambat menerapkan smart contracts, jika dibandingkan dengan platform seperti Ethereum.
Menurut dia, organisasi nirlaba telah membangun solusi smart contracts yang mengatasi kelemahan chain kompetitifnya.
"Misalnya, koin ADA yang tampaknya menghadapi throughput smart contracts yang terbatas, tawaran IOTA hampir skalabilitas tanpa batas," katanya.
Schiener menggambarkan, kurangnya biaya platform sebagai keunggulan kompetitif utama. Meskipun sedikit tertinggal, Schiener mengungkapkan akan ada inovasi lain bagi konsumen.
“Meskipun kami baru meluncurkan versi beta hari ini, kami menyadari bahwa sudah ada beberapa proyek komunitas, operator DEX dan DeFi yang mengembangkan solusi di IOTA Smart Contracts. Dengan kompatibilitas EVM penuh, kami dapat mengandalkan alat yang sudah ada sebelumnya dan ekosistem yang luas, sehingga sangat mudah bagi siapa saja untuk menjalankan dApps berbasis ETH yang ada di IOTA,” Jelas sang CEO.
Sebelumnnya pada 2017, IOTA lahir untuk memfasilitasi Internet of Things, yang akan menyematkan objek fisik ke dunia digital dan internet.
Namun, orang-orang dengan cepat kehilangan minat pada token tersebut sepanjang 2018.
IOTA secara resmi memperbarui kemampuan smart contract versi beta untuk menghindari kekurangan dari platform lain.
- Mendes PDT Yandri Susanto Lihat Potensi Besar Desa Ada di Sini
- AS Optimistis Kembangkan Kerja Sama Ekonomi dengan Pemerintahan Baru
- Indonesia Siap Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Berkelanjutan dari AS
- Tegas, YLKI Tolak Kenaikan PPN 12 Persen
- Bitget Capai Volume Perdagangan & Trader Aktif Harian Tertinggi di Tengah Kenaikan Pasar
- Grant Thornton Indonesia Kupas Tuntas Strategi RI Hadapi Tantangan Ketidakpastian Ekonomi