Ironis, Koruptor Royalti Batu Bara Ditangkap Tim Kejaksaan Agung di Gubuk Tengah Sawah
jpnn.com, TENGGARONG - Tim Tabur Kejaksaan Agung berhasil menangkap Hartono, buronan kasus korupsi dana royalti tambang batubara Tenggarong, Kalimantan Timur. Ulah Hartono tersebut menyebabkab kerugian negara senilai Rp 4,8 miliar
Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung, Leonard Eben Ezer Simanjuntak mengatakan, Hartono ditangkap di sebuah rumah di tengah sawah yang Desa Loa Ulung, Tenggarong, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur pada Jumat (11/6).
"Tersangka diamankan saat sedang bersembunyi dalam pondok di tengah sawah yang berada di Desa Loa Ulung, Tenggarong, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur," kata Leonard dalam keterangan tertulis.
Leonard menjelaskan, seyogyanya Hartono memiliki rumah yang beralamat di jalan Bulungan, Gunung Tabur, Berau, Kalimantan Timur. Hartono sengaja tinggal di persawahan untuk menghindari intaian dan kejaran petugas.
"Tersangka tidak tinggal di kediamannya untuk menghindari pemantauan dan penangkapan," jelasnya.
Hartono merupakan buronan dari Kejaksaan Tinggi (Kejati) Kalimantan Timur atas kasus tindak pidana korupsi yang disidik berdasarkan Surat Perintah Penyidikan Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan Timur. Namun Hartono mangkir saat dipanggil.
"Kemudian yang bersangkutan dimasukkan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) dan akhirnya berhasil ditangkap ketika pencarian diintensifkan bekerja sama dengan Tim Tangkap Buron (Tabur) Kejaksaan Agung," pungkasnya. (dil/jpnn)
Tim Tabur Kejaksaan Agung berhasil menangkap Hartono, buronan kasus korupsi dana royalti tambang batubara Tenggarong, Kalimantan Utara
Redaktur & Reporter : Adil
- PKN Usulkan Dua Hal Ini Terkait Pemberantasan Korupsi
- Prabowo Usul Pengampunan Koruptor, Nasir Djamil Singgung Inisiatif Menteri
- Tidak Sepakat dengan Prabowo, Gus Falah: Koruptor Tetap Dihukum dan Uang Rasuah Disita
- Bagaimana Menghitung Kerugian Lingkungan Kasus Timah? Guru Besar IPB Jelaskan Begini
- Usut Kasus Tom Lembong, Kejagung Sebut Sudah Periksa 126 Saksi
- KPK Dinilai Perlu Studi ke Kejagung agar Tidak Mudah Kalah di Pengadilan