Isak-tangis Iringi Kepergian Gus Dur

Presiden Rapat hingga Malam, Diusulkan jadi Pahlawan Nasional

Isak-tangis Iringi Kepergian Gus Dur
JENAZAH - Para pengunjung, pengikut dan sanak kerabat, berdesakan di sekitar keranda yang membawa jenazah mantan presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di RSCM, Jakarta, Rabu (30/12) malam. Foto: Zulhakim/JPNN.
Gus Dur meninggal dalam usia 69 tahun, setelah mendapat perawatan intensif di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Tokoh nasional itu meninggalkan seorang istri, Shinta Nuriyah, serta empat orang anak, yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh (akrab disapa Yenny Wahid), Annita Hayatunnufus dan Inayah Wulandari.

Pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu sebelumnya sempat dirawat di ruang VVIP No 116 Gedung A, RSCM Jakarta. Tim dokter kepresidenan, dr Aris Wibudi, kepada wartawan mengutarakan bahwa kesehatan Gus Dur sempat membaik pada Rabu (30/12) siang sekitar pukul 11.00 WIB. Padahal sebelumnya, Gus Dur menjalani cuci darah karena kesehatannya menurun. Namun menjelang sore, kondisi Gus Dur kembali memburuk akibat komplikasi penyakit diabetes dan ginjal.

Pukul 18.00 WIB, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) langsung menuju RSCM, karena mendapat kabar dari tim dokter kepresidenan bahwa kondisi Gus Dur kritis. Berselang 45 menit, ulama besar dari kalangan Nadlatul Ulama (NU) yang lahir di Jombang, Jawa Timur, 4 Agustus 1940 itu, dinyatakan meninggal. Gus Dur pun tutup usia persis menjelang tutup tahun 2009. Presiden SBY ikut menyaksikan detik-detik Gus Dur menghembuskan nafas terakhir.

Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi, mengaku sangat kehilangan dengan wafatnya sesepuh NU itu. Namun demikian, ia berjanji akan melanjutkan perjuangan tokoh yang dikenal humanis itu. "Saya akan lanjutkan perjuangan beliau," ujarnya di RSCM, Rabu (30/12) malam.

JAKARTA - Isak-tangis keluarga dan kerabat mengiringi berpulangnya mantan presiden RI, KH Abdurrahman Wahid, atau yang lebih akrab disapa Gus Dur.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News