Islamofobia

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Islamofobia
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

Soeharto dengan cepat mengendus perubahan sikap ABRI itu.

Maka Soeharto segera berpaling kepada Islam dan memainkan kartu lama untuk menjaga keseimbangan.

Di lingkungan ABRI pun terjadi faksionalisasi dengan munculnya ‘’ABRI Hijau’’ dan ‘’ABRI Merah Putih’’.

Soeharto kemudian mengizinkan berdirinya ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) di bawah kepemimpinan B.J Habibie.

ICMI pun menguasai birokrasi sehingga disebut sebagai ‘’birokrasi ijo royo-royo’’. 

Pepatah politik mengatakan, ‘’You can do anything with bayonet except sit on it’’, kamu bisa melakukan apa saja dengan bayonet kecuali duduk di atasnya.

Soeharto akhirnya tidak bisa mempertahankan kekuasaannya dengan ujung bayonet, dan akhirnya terguling oleh Gerakan Reformasi 1998.

Pada separuh era Pemerintahan Soeharto, Islam dimarjinalisasi, dan pada separuh masa kekuasaan berikutnya Soeharto memberi ruang gerak yang lebih luas kepada Islam.

Mahfud MD menegaskan bahwa Islamofobia, atau ketakutan terhadap Islam, tidak ada di Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News