Israel Menerima, Hamas Anggap Lelucon
GAZA - Setelah aksi saling tembak roket berlangsung sengit selama tujuh hari, tanda-tanda perdamaian mulai tampak di Jalur Gaza. Kemarin Israel mengatakan akan menerima usul Mesir untuk melakukan gencatan senjata dengan Hamas terkait dengan konflik Gaza.
Namun, tanpa kesediaan Hamas melakukan hal yang sama, hanya sedikit harapan bisa melihat berakhirnya aksi saling serang yang hingga kini menewaskan lebih dari 190 warga Palestina di Gaza itu.
Kabinet Israel bertemu pada Selasa pagi (15/7) dan menerbitkan sebuah pernyataan yang mengatakan, kabinet telah memutuskan untuk merespons secara positif inisiatif Mesir terkait dengan gencatan senjata.
Proposal Mesir itu mendesak semua pihak untuk menghentikan permusuhan di Gaza. Proposal tersebut juga menyerukan pembukaan perbatasan setelah situasi keamanan stabil dan pembicaraan tingkat tinggi di antara mereka yang terlibat.
Para pejabat Hamas tidak segera menanggapi keputusan kabinet Israel itu. Bahkan, mereka menyebut inisiatif Mesir tersebut sebagai lelucon.
"Gencatan senjata itu sebuah inisiatif untuk media. Itu bukan inisiatif politik," kata Osama Hamdan, juru bicara Hamas, kepada CNN kemarin.
Walau Hamas pesimistis, perunding Palestina Saeb Erakat menyatakan optimistis. Dia mengatakan, dirinya mengharapkan adanya tanda-tanda nyata akan kemungkinan gencatan senjata dalam 12-24 jam ke depan.
"Saya tahu beberapa pemimpin lain di Hamas yang mengatakan kami tidak menutup pintu bagi setiap inisiatif untuk gencatan senjata," katanya.
Hanan Ashrawi, anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), mengatakan, penerimaan Israel atas proposal Mesir itu harus dilihat sebagai langkah pertama, bukan akhir. "Kita harus berhati-hati terhadap siklus kekerasan yang terus diderita rakyat Palestina," ujarnya.
Menanggapi penolakan Hamas itu, pemerintah Israel menyatakan akan memperluas operasi militer di Jalur Gaza.
"Jika Hamas tidak menerima proposal gencatan senjata dan itu yang, tampaknya, terjadi, Israel akan mendapat legitimasi untuk memperluas aktivitas militer di Gaza untuk mencapai tujuan kami," tegas PM Israel Benyamin Netanyahu dalam jumpa pers bersama Menlu Jerman Frank-Walter Steinmeier kemarin.
Pernyataan Netanyahu itu dikeluarkan hanya beberapa jam setelah kabinet Israel menerima proposal perdamaian yang diusulkan Mesir. Namun, usul Mesir tersebut ditolak Hamas. Lebih lanjut, Netanyahu mengatakan bahwa Israel ingin melihat demiliterisasi di Jalur Gaza.
"Kami merespons positif proposal Mesir untuk memberikan kesempatan kesepakatan demiliterisasi Gaza dari misil, roket, dan terowongan," tambah Netanyahu.
Konflik Israel dan Hamas yang menguasai Jalur Gaza semakin panas dalam sepekan terakhir setelah ditemukannya jasad tiga remaja Israel yang disusul kasus pembunuhan dan pembakaran terhadap seorang remaja Palestina. Serangan roket Hamas ke Israel dibalas dengan serangan udara yang mengorbankan lebih dari 190 orang di Jalur Gaza. (ap/afp/c4/kim)
GAZA - Setelah aksi saling tembak roket berlangsung sengit selama tujuh hari, tanda-tanda perdamaian mulai tampak di Jalur Gaza. Kemarin Israel mengatakan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Eddy Soeparno Bicara Peran Strategis Prabowo untuk Dunia Islam Saat Bertemu Sekjen OKI
- Tentara Israel Tempatkan Kotak Bahan Peledak di Dekat Rumah Sakit Gaza
- Trump Berambisi Rampas Terusan Panama, Begini Reaksi China
- Donald Trump Berkuasa Lagi, Jenis Kelamin Bakal Jadi Urusan Negara
- Batal Bertemu, PM Malaysia Ungkap Kondisi Kesehatan Prabowo
- Momen Erdogan Walk Out saat Presiden Prabowo Berpidato dalam Forum KTT D-8