Istana Dinilai Hina Wartawan
Senin, 25 April 2011 – 18:49 WIB
JAKARTA - Pengamat Politik dari Universitas Paramadhina, Yudi Latief menilai langkah Istana melarang para wartawan membawa ransel ke dalam kawasan istana dikaitkan dengan tertangkapnya seorang wartawan yang diduga anggota jaringan teroris, bisa dikatakan kriminalisasi dan penghinaan terhadap profesi wartawan. Menurut Yudi, sangat lucu jika istana yang memiliki perangkat keamanan paling ketat sampai perlu memberlakukan hal itu. Istana, lanjutnya, penjagaan keamanannya paling ketat, ada paspampres, ada metal detector canggih, ada intelijen.
Yudi justru mempertanyakan mengapa hanya kalangan wartawan saja yang mendapatkan perlakuan seperti itu, sementara anggota jaringan teroris berasal dari banyak profesi.
“Saya merasa ini sudah mengkriminalkan para awak media. Memangnya anggota jaringan teroris cuma wartawan sehingga hanya wartawan yang diperlakukan seperti itu? Jaringan teroris itu juga ada tokoh agama, dosen dan berbagai latar belakang profesi. Apa mereka juga tidak boleh membawa alat-alat pribadinya jika melakukan kegiatan istana? Ini kan penghinaan dengan mengeneralisir masalah yang ada,” ujar Yudi kepada wartawan di Jakarta, Senin (25/4).
Baca Juga:
JAKARTA - Pengamat Politik dari Universitas Paramadhina, Yudi Latief menilai langkah Istana melarang para wartawan membawa ransel ke dalam kawasan
BERITA TERKAIT
- Menteri Hukum Lantik Widodo Jadi Dirjen AHU, Tekankan Supremasi Hukum yang Transparan
- Mendes Yandri dan Mensos Gus Ipul Teken MoU, Siap Berkolaborasi Entaskan Kemiskinan
- Trisya Suherman: Lukisan Go Green Taruparwa Bisa jadi Penyemangat Para CEO
- Seniman Papua Bawa Pesan Ekologis di Jakarta Biennale 2024
- Masih Terima Endorsement Meski Sudah Jadi Pejabat Negara, Raffi Ahmad: Kan Enggak Ada Larangannya
- Anak Muda Indonesia Pendiri Desa Bumi Jadi Pembicara di Diskusi PBB