Istana: Teguran SBY Mendidik Anak
Sabtu, 01 September 2012 – 07:10 WIB
JAKARTA-Polemik tentang teguran Presiden SBY kepada para pelajar yang tertidur saat mendengarkan pidatonya membuat pihak Istana Kepresidenan gerah. Pihak istana menilai, apa yang dilakukan bukan bentuk kemarahan kepada anak-anak tersebut. Melainkan sebuah teguran yang sifatnya mendidik. Bila melihat duduk permasalahan secara jernih, menurut Julian, apa yang ditegurkan Presiden SBY itu tidak serta merta ditujukan kepada anak-anak. Meski mayoritas yang hadir adalah anak-anak, namun itu juga ditujukan kepada hadirin lain yang tertidur pada saat Presiden SBY menyampaikan sambutannya. "Apa yang disampaikan Bapak Presiden adalah teguran kepada semua hadirin yang merasa dirinya tertidur saat menyimak pidato beliau di Teater Keong Mas," katanya.
"Itu adalah teguran yang sifatnya edukatif, mendidik. Berlebihan jika ada yang menilai itu tidak patut," kata Jubir Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, di Bina Graha Jakarta, Jumat (31/8). Dia menyesalkan sikap sejumlah pengamat yang mengatakan apa yang dilakukan Presiden SBY tersebut tidak patut.
Menurutnya, justru komentar-komentar pengamat yang mendramatisir dan berlebihan tersebut adalah sikap yang tidak patut. "Kita tahu beberapa pengamat melihat ini merupakan sesuatu yang tidak patut dan lain sebagainya. Kami kira itulah yang sebetulnya berlebihan, pandangan yang tidak mendidik seperti itu sebaiknya tidak disampaikan ke ruang publik," sambungnya.
Baca Juga:
JAKARTA-Polemik tentang teguran Presiden SBY kepada para pelajar yang tertidur saat mendengarkan pidatonya membuat pihak Istana Kepresidenan gerah.
BERITA TERKAIT
- BPKP Usulkan Rancangan Kebijakan MRPN Lingkup Pemerintah Daerah
- Eks Tim Mawar Kenang Presiden Prabowo yang Rela Korbankan Diri demi TNI
- Polsek Tambusai Utara Ajak Warga di Desa Tanjung Medan Ciptakan Pilkada Damai
- AQUA dan DMI Berangkatkan Umrah bagi Khadimatul Masjid dari Enam Provinsi
- KPK Incar Pejabat BPK yang Terlibat di Kasus Korupsi Kemenhub
- PPPK Minta Regulasi Mutasi, Relokasi, dan TPP Rp 2 Juta, Berlebihankah?