Istri Kerap Dipaksa Suami Incumbent Bertarung di Pilkada
Rabu, 19 Januari 2011 – 06:25 WIB
JAKARTA - Majunya perempuan sebagai kandidat kepala daerah seringkali tidak murni berangkat dari ambisi politik progresif pribadi atau faktor terbukanya peluang. Sejumlah kasus menunjukkan perempuan terpaksa tampil dalam pemilukada akibat desakan keluarga atau orang terdekat. "Maraknya politik keluarga di partai politik bisa mengarah pada dinasti-tokrasi. Mungkin hanya dengan cara ini perempuan mampu menembus kekuatan parpol yang sangat maskulin. Tapi, di sisi lain, ini bisa mereduksi proses demokratisasi di parpol," beber Dwi.
"Dengan demikian, keberhasilan seorang kandidat perempuan mengikuti bursa di pemilukada sebenarnya tidak direncanakan oleh dirinya sendiri. Namun, cenderung didisain oleh politisi laki "laki," kata Ketua Tim Peneliti Departemen Politik Fisip Universitas Airlangga, Dwi Windyastuti Budi Hendrarti di Hotel Nikko, Jakarta Pusat, kemarin (18/1).
Menurut dia, dorongan keluarga dan teman terdekat dalam pemilukada telah melahirkan politik dinasti yang sarat nepotisme dan kroni "isme. Apalagi, tampilnya istri atau anak perempuan sebagai kandidat seringkali hanya menjadi instrumen untuk mempertahankan kekuasaan incumbent.
Baca Juga:
JAKARTA - Majunya perempuan sebagai kandidat kepala daerah seringkali tidak murni berangkat dari ambisi politik progresif pribadi atau faktor terbukanya
BERITA TERKAIT
- Hasto Bakal Kirim Buku Pak Sabam Biar Ara Sirait Melakukan Perenungan
- Prabowo Seorang Kesatria, Harus Tegas Hadapi Cawe-Cawe Jokowi di Pilkada
- Tuduh Ara Bermain SARA di Pilkada Jakarta, PDIP Bakal Tempuh Langkah Hukum
- Benny Sabdo: Bawaslu DKI Gelar Patroli Pengawasan Politik Uang
- Hasto Tuding Ara Main SARA soal Pramono-Rano Didukung Anies, Prabowo Pasti Tak Suka
- Prabowo Yakin Andra Soni Akan Membawa Banten Lebih Baik