Istri Menangis Histeris, Menemukan Suami Bersandar di Tangki Zamzam
jpnn.com - AULIA tak menghiraukan hadangan para petugas. Sembari menangis histeris, calon jamaah haji (CJH) kloter 13 itu bergegas mencari suaminya, Karnadi. Tapi, di mana dia?
Tadinya mereka hanya berjarak tujuh dan dua saf dari titik ambruknya crane di Masjidilharam. Cuaca Makkah sangat buruk saat tragedi itu terjadi.
Sebuah crane baru saja jatuh dan menimpa Masjidilharam, tempat Aulia tengah berzikir sambil menunggu azan Magrib. Dia pun menyaksikan langsung rentetan horor itu: suara bergemuruh, atap yang ambrol, disusul crane yang ambruk.
Aulia hanya berjarak tujuh saf dari titik ambruknya crane tersebut. Saat debu yang sempat menutupi pandangannya mulai menipis, perempuan 41 tahun itu melihat puluhan tubuh bergelimpangan.
Suara rintihan bersahutan. Darah menggenang di mana-mana. Tapi, dia harus segera menemukan suaminya. Ya, suaminya yang hanya berjarak dua saf dari titik terjadinya semua kengerian itu.
Apakah dia menjadi korban? Pikiran itu berkecamuk di benak perempuan tersebut sembari dia menyisiri satu per satu korban. Kepala mereka ditutupi sajadah atau serban.
”Kalau wajahnya miring, saya luruskan biar jelas. Ada yang wajahnya berlumuran darah, saya usap biar jelas,” tutur Aulia kepada Palembang Ekspres (Jawa Pos Group) yang mengontaknya via telepon.
Tapi, sang suami tetap belum dia temukan. Di tengah keputusasaan itu, Aulia mendadak diajak seorang tak dikenal ke arah tower zamzam untuk minum. Di sanalah, dia akhirnya melihat sang suami duduk bersandar di dekat tangki zamzam.
AULIA tak menghiraukan hadangan para petugas. Sembari menangis histeris, calon jamaah haji (CJH) kloter 13 itu bergegas mencari suaminya, Karnadi.
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408