Isu Monopoli Bisnis di Penjara Rawan Hoaks, Harus Punya Bukti
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino menyebutkan tuduhan monopoli bisnis di penjara jadi tudingan yang tendensius.
Menurut Arjuna, untuk menunjuk adanya monopoli perlu ada bukti yang kuat, tidak bisa asal bicara.
Dia menyebutkan hal itu juga harus disertai pembuktian adanya penguasaan pasar, tingginya hambatan masuk pasar, hingga homogenitas produk/layanan.
"Sebuah usaha atau bisnis bisa disebut monopoli ada syaratnya, harus disertai pembuktian baik secara structural evidence (bukti struktural) maupun conduct evidence (bukti perilaku). Jadi, tidak bisa asal nuduh", kata Arjuna dalam keterangannya, Jumat (5/5).
Arjuna menyebutkan bisnis di wilayah Lapas seperti katering, koperasi dan pelatihan keterampilan sudah banyak yayasan yang sejak lama bergerak di bisnis tersebut, bukan hanya Jeera Foundation.
"Artinya pasarnya heterogen tidak bisa disebut monopoli, kecuali hanya ada satu perusahaan beserta afiliasinya yang menghegemoni pasar tersebut. Ini heterogen. Tuduhan monopoli tendensius dan berbau politik," lanjutnya.
Arjuna juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah termakan hoaks dan tuduhan bersifat personal tanpa berdasar bukti yang jelas isu. tersebut berpotensi mendeskriditkan seseorang.
Apalagi,menurut Arjuna, saat ini sedang memasuki tahun politik dan kabar hoaks seringkali digunakan untuk menjatuhkan lawan politik.
Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino menyebutkan tuduhan monopoli bisnis di penjara jadi tudingan yang tendensius.
- Literasi Keuangan dan Bisnis DPUP 2024 Cegah dari Pinjol Ilegal dan Judol
- Kemendes PDT Pastikan Info Rekrutmen Pendamping Lokal Desa 2024-2025 Hoaks
- NCCR &I CSP Kembali Gelar ASRRAT 2024
- ICEBM Untar 2024 jadi Sarana Percepatan Pencapaian SDGs untuk Semua Sektor
- Makin Mudah Bangun Loyalitas Pelanggan dengan OCA
- Fokus Berkelanjutan, LPKR Libatkan Lini Bisnis Kelola Sampah dan Limbah