Isu Monopoli Bisnis di Penjara Rawan Hoaks, Harus Punya Bukti
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino menyebutkan tuduhan monopoli bisnis di penjara jadi tudingan yang tendensius.
Menurut Arjuna, untuk menunjuk adanya monopoli perlu ada bukti yang kuat, tidak bisa asal bicara.
Dia menyebutkan hal itu juga harus disertai pembuktian adanya penguasaan pasar, tingginya hambatan masuk pasar, hingga homogenitas produk/layanan.
"Sebuah usaha atau bisnis bisa disebut monopoli ada syaratnya, harus disertai pembuktian baik secara structural evidence (bukti struktural) maupun conduct evidence (bukti perilaku). Jadi, tidak bisa asal nuduh", kata Arjuna dalam keterangannya, Jumat (5/5).
Arjuna menyebutkan bisnis di wilayah Lapas seperti katering, koperasi dan pelatihan keterampilan sudah banyak yayasan yang sejak lama bergerak di bisnis tersebut, bukan hanya Jeera Foundation.
"Artinya pasarnya heterogen tidak bisa disebut monopoli, kecuali hanya ada satu perusahaan beserta afiliasinya yang menghegemoni pasar tersebut. Ini heterogen. Tuduhan monopoli tendensius dan berbau politik," lanjutnya.
Arjuna juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah termakan hoaks dan tuduhan bersifat personal tanpa berdasar bukti yang jelas isu. tersebut berpotensi mendeskriditkan seseorang.
Apalagi,menurut Arjuna, saat ini sedang memasuki tahun politik dan kabar hoaks seringkali digunakan untuk menjatuhkan lawan politik.
Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino menyebutkan tuduhan monopoli bisnis di penjara jadi tudingan yang tendensius.
- Mitsubishi Fuso Canter FE 84 SHDX Punya Performa Tangguh, Siap Dukung Bisnis Konsumen
- Netmonk Prime Dukung Strategi Bisnis dan Laporan Kinerja Jaringan Makin Mudah
- Mitos atau Fakta 94 Persen Warga Jabodetabek Pernah Beli Frozen Food, Ninja Xpress Ungkap Faktanya
- Bisnis Pergudangan Makin Menjanjikan, Simba Lengkapi Fasilitas Substansial
- Ninja Xpress Beri Strategi Jitu untuk Hadapi Tantangan Bisnis Food & Beverages
- SBM & BRI Berkolaborasi Dukung UMKM Fesyen Tingkatkan Skala Bisnis