ITS Juara Kontes Mobil Teririt Asia
Selasa, 13 Juli 2010 – 20:54 WIB
JAKARTA— Mahasiswa Tehnik Mesin Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya berhasil menggaet juara pertama dalam kontes mobil teririt di Asia di arena Shell Eco Marathon (SEM) Asia 2010. Sementara Galih Priyo Atmojo selaku Ketua Tim mahasiswa ITS mengatakan, ITS berhasil mendapatkan Combution Grand Prize dan Gasoline Fuel Award. Kedua penghargaan tersebut masuk dalam kategori Urban Concept.
Tim Mahasiswa dari kota Pahlawan Surabaya ini mengusung mobil irit BBM Sapu Angin 2. Mobil ini dipersiapkan selama satu tahun dengan proses perakitan selama enam bulan. "Kami beruntung, karena waktu uji coba tidak banyak membutuhkan perbaikan. Karenanya kami lolos seleksi," kata Gali Priyo Atmojo kepada wartawan di Jakarta, Selasa (13/2).
Baca Juga:
Galih menegaskan, mobil ciptaanya sudah menjalani uji coba di Sirkuit Internasional Sepang Malaysia 8 - 10 Juli 2010 lalu. Ia menambahkan, dalam uji coba mobil ciptaannya berhasilnya menyelesaikan empai lap di sirkuit internasional itu. "Untuk jenis Urban, diperbolehkan berhenti selama 10 detik setiap lapnya," ujar Galih.
Tim ITS terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok Prototype dan Urban Concept. Namun sayangnya, untuk tim Prototype, Indonesia belum berhasil meraih predikat juara. “Untuk jenis Urban ini, setelah ujicoba pertama, memang ada pergantian komponen. Namun kuncinya, komponen itu harus seringan mungkin, sehingga tidak lebih dari 100 kg. Kebetulan mobil kami ini hanya seberat 94 kg,” seru Galih yang bercita-cita menjadi insinyur.
JAKARTA— Mahasiswa Tehnik Mesin Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya berhasil menggaet juara pertama dalam kontes mobil teririt
BERITA TERKAIT
- Sega Tidak Lagi Merilis Konsol Mini, Ini Alasannya
- Iran Akhirnya Membuka Akses ke WhatsApp dan Google Play
- Teguh Sebut Klaim Bashe Bahwa BRI Korban Ransomware Tak Lebih dari Lelucon
- Presiden AS Terpilih Donald Trump Beri Angin Segar Pada TikTok
- xAI Sedang Menyiapkan Chatbot Grok Untuk Pengguna Perangkat iOS
- Pemerintah Albania Menilai TikTok Bisa Mendorong Anak-Anak Melakukan Kekerasan