Iwak Peyek pun Tidak Menolong Tebu
Senin, 14 Mei 2012 – 01:10 WIB
SAYA tertegun ketika berkunjung ke Pabrik Gula Madu Kismo, Jogjakarta, Minggu pagi kemarin. Terutama ketika melihat ada crane baru di situ. "Baru beli crane ya?" sapa saya kepada Ir Putu Aria Wangsa, Kabag Instalasi, yang mendampingi saya naik turun tangga di pabrik gula itu. Memang pabrik-pabrik gula milik BUMN umumnya luar biasa kotor dan semrawut. Besi-besi tua berserakan di mana-mana, termasuk di dalam pabrik dan di sekitar mesin. Atap-atap bolong terlihat di seluruh pabrik. Dinding-dindingnya banyak yang compang-camping. Gundukan berbagai material terlihat di berbagai sudut halaman muka dan belakang. Besi-besi karatan mendominasi pemandangan.
Crane pengangkat tebu ke mesin penggilingan itu memang terlihat masih baru. Catnya yang kuning mengkilap terasa kontras dengan mesin-mesin lain di sekitarnya yang sudah tampak karatan. "Itu bukan baru, Pak. Itu crane Ayu Azhari," jawab Putu sambil terlihat menahan tawa.
Baca Juga:
Semula saya kurang paham apa maksudnya. Tapi, tawa saya segera meledak ketika Putu menyebut isi Manufacturing Hope 25 yang saya tulis pekan lalu: peralatan pabrik yang tua-tua pun akan kelihatan ayu dan rapi kalau dirawat dengan baik. "Setelah membaca Manufacturing Hope itu kami langsung bersihkan dan mengecat crane itu," tambahnya.
Baca Juga:
SAYA tertegun ketika berkunjung ke Pabrik Gula Madu Kismo, Jogjakarta, Minggu pagi kemarin. Terutama ketika melihat ada crane baru di situ. "Baru
BERITA TERKAIT