Iwak Peyek pun Tidak Menolong Tebu
Senin, 14 Mei 2012 – 01:10 WIB
Semula saya heran mengapa hama uret tidak bisa diatasi. Karena itu, setelah urusan di PG Madu Kismo selesai, saya minta diantar ke kebun-kebun yang terkena hama. Saya iba melihat kebun tebu yang meranggas, yang kekuningan, dan yang terlihat sakit-sakitan.
Para petani di Sleman itu mengajak saya masuk lebih dalam ke areal yang terkena uret. Salah seorang di antaranya membawa cangkul. Dia ingin menunjukkan betapa sulitnya mengendalikan uret. Dia mencangkul tanah di bawah tebu yang sakit-sakitan itu.
Dalam beberapa kali cangkulan, dia sudah bisa memunguti ulat-ulat gemuk sebesar jari bengkak orang dewasa. "Dalam satu meter persegi bisa kami temukan 50 uret," ujar Gito Sudarno, petani tebu yang juga ketua DPD (Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) Jogjakarta.
Uret-uret itu memakan akar tebu. Di Sleman saja 300 hektare terkena uret. Di Purworejo dua kali lipat luasnya. Itulah sebabnya, tebu yang terkena uret harus segera ditebang. Berarti pabrik gula harus mempercepat musim giling. "Yang sudah terkena uret pun masih bisa menghasilkan 60 persen," ujar Roby Hermawan, petani yang juga pengurus APTR
SAYA tertegun ketika berkunjung ke Pabrik Gula Madu Kismo, Jogjakarta, Minggu pagi kemarin. Terutama ketika melihat ada crane baru di situ. "Baru
BERITA TERKAIT