Iwak Peyek pun Tidak Menolong Tebu
Senin, 14 Mei 2012 – 01:10 WIB
Meski begitu, minggu-minggu mendatang saya akan lebih banyak mengunjungi pabrik gula. Saya ingin melihat seberapa semangat masing-masing pabrik gula berbenah diri. Seberapa kuat tekad mereka untuk keluar dari neraka kesulitan selama ini. Saya tahu bahwa seluruh pabrik gula sudah mempunyai tekad baru. Kerja, kerja, kerja.
Saya bangga ketika menerima informasi bahwa kini sudah ada pegawai yang berani menolak suku cadang pabrik yang tidak memenuhi spek. Itulah suku cadang yang kalau dipaksakan akan membuat pabrik lebih sering berhenti giling.
Kalau saja pembenahan manajemen tahun ini berhasil, masih ada pekerjaan besar lain tahun depan. Yakni, perang melawan lahan dan tanaman fiktif. Tidak boleh lagi pabrik memiliki lahan dan tanaman yang hanya ada di atas kertas, tapi kenyataannya tidak ada di lapangan. Biayanya sudah banyak keluar, tapi tebunya tidak ada.
Pekerjaan lain yang menanti adalah, itu tadi, pembersihan pabrik secara total. Ketika musim giling selesai, pembenahan pabrik harus dilakukan. Bagian-bagian pabrik yang kumuh, tidak rapi, gundukan-gundukan, dan besi-besi tua harus dirapikan. Memang ada kesalahan saya di sini: tidak segera mengubah peraturan Menteri BUMN yang menghambat terjadinya pembenahan ini.
Saya berjanji untuk dalam satu-dua hari ini mencabut peraturan itu. Dengan demikian, manajemen tidak ragu lagi dalam menyingkirkan benda-benda yang membuat kotor itu.
SAYA tertegun ketika berkunjung ke Pabrik Gula Madu Kismo, Jogjakarta, Minggu pagi kemarin. Terutama ketika melihat ada crane baru di situ. "Baru
BERITA TERKAIT