Iwan Bule dan Infantino

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Iwan Bule dan Infantino
Presiden FIFA Gianni Infantino memberikan bola kepada PSSI sebagai kenang-kenangan dari FIFA. Sama dengan yang diberikan ke Presiden Joko Widodo. Foto:Amjad/JPNN

Dengan aturan ini PSSI lepas tangan dan cuci tangan. Lalu tanggung jawab dilempar kepada PT LIB dan panitia pelaksana pertandingan lokal. Mahfud mengatakan, saling lempar tanggung jawab ini menunjukkan bahwa pengelolaan organisasi PSSI ruwet.

Publik masih menunggu bagaimana sikap TGIPF terhadap pamer kemesraan FIFA dan PSSI itu. Publik juga akan melihat bagaimana sikap Jokowi terhadap rekomendasi TGIPF. 

Suara publik secara umum tetap menghendaki Iwan Bule dan kawan-kawan mundur. Akan tetapi, melihat perkembangan terakhir ini kelihatannya Iwan Bule semakin di atas angin.

Mahfud MD tahu bahwa pemerintah tidak boleh melakukan intervensi terhadap PSSI. 

Hak untuk mendesak Iwan Bule dan kawan-kawannya untuk mundur ada di tangan voters yang terdiri dari klub-klub peserta kompetisi Liga 1,2, dan 3, dan asosiasi sepak bola provinsi, serta organisasi pemain dan pelatih di bawah PSSI.

Sempat muncul isu tuntutan KLB (kongres luar biasa) untuk menggusur Iwan Bule dan kawan-kawan. Ide KLB itu dikabarkan diinisiasi oleh Umuh Muhtar dari Persib Bandung. 

Akan tetapi, Muhtar buru-buru mengklarifikasi isu itu dan membantah bahwa dia menginisiasi KLB. Umuh Muhtar pasti tahu, tidak mudah melawan oligarki sepak bola Indonesia.

Perkembangan pengusutan tragedi Kanjuruhan mengalami anti-kimaks dengan kedatangan Infatino. PSSI merasa sudah mendapatkan legitimasi dari FIFA. Sementara itu, penyelidikan di lokasi kejadian menghadapi banyak kendala.

Sikap Infantino dan Iwan Bule dikecam keras karena dianggap tidak sensitif dan nir-empati terhadap Tragedi Kanjuruhan, tragedi terburuk dalam sepak bola dunia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News