Jabodetabek Dilanda Krisis Tahu-Tempe
Perajin Kedelai Stop Produksi Sampai Jumat
Rabu, 25 Juli 2012 – 06:17 WIB
Ia mengaku telah mendatangi dan menyampaikan masalah kenaikan harga kedelai yang begitu signifikan kepada pemerintah. Pihaknya juga sudah mengusulkan agar pemerintah mencari jalan keluar atas permasalahan yang menghimpit para perajin tahu dan tempe. “Sebenarnya kita sudah usulkan ke pemerintah berkali-kali. Tetapi tidak ada upaya dari pemerintah untuk memengatasi permasalahan ini,” kesalnya.
Kenaikan harga kedelai tersebut juga telah membuat para perajin galau. Mereka bingung karena tidak bisa secara langsung menaikan harga jual tempe atau tahu. Pasalnya, kenaikan itu terjadi tiap hari.
“Karena setiap hari naik. Jadinya perajin tahu tempe tidak punya keuntungan. Karena tidak bisa tiap hari berubah harga. Selama dua minggu ruginya para perajin itu ya tidak untung,” jelasnya.
Saat ini kebutuhan nasional untuk kedelai tercatat sebanyak 2,4 juta ton/tahun. Dan produksi nasional untuk kedelai sendiri hanya 600.000 ton/ tahun. Terdapat kekurangan, dan selama ini kekurangan tersebut ditutupi dengan impor, yang mencapai 1,8 juta ton/tahun. Terkait hal itu, Sutaryo mengatakan, dari total kebutuhan kedelai itu, kebutuhan untuk produksi tahu dan tempe rata-rata mencapai 80 persen. Sedangkan sisanya untuk kebutuhan lainnya.
BOGOR- Jika masyarakat Eropa tengah merasakan krisis ekonomi, masyarakat di Indonesia justru sedang merasakan krisis tahu-tempe. Ya, belakangan ini,
BERITA TERKAIT
- Bea Cukai dan Pemda Bersinergi, Kembangkan Industri Hasil Tembakau di Jawa Timur
- Prudential Indonesia Catat Kinerja Positif di Kuartal III/2024
- Indofood Berbagi Inspirasi Bisnis dan Kreasi Kuliner di SIAL Interfood 2024
- Harga Emas Antam Hari Ini Jumat 15 November 2024 Naik Tipis, Berikut Perinciannya
- BRI Insurance Perkuat Keberlanjutan Usaha & Peningkatan Ekonomi Pesantren
- Perkuat Kolaborasi, Kemendagri Tekankan Pentingnya Sinergi Daerah untuk Kelola Opsen Pajak