Jadi Destinasi Wisata Cross Border, Bumi Porodisa Mulai Bersolek

Jadi Destinasi Wisata Cross Border, Bumi Porodisa Mulai Bersolek
Dua anak Kakorotan bermain di Pulau Intata yang tidak berpenghuni. Foto: Manado Post/JPG

Pualu Karakelang juga punya pesona Goa Weta dengan stalaktit dan stalakmitnya. Goa ini mempunyai panjang sekitar 400 meter dan tembus ke ujung goa lainnya di perbukitan.

Air Terjun Ampadoap juga punya keunggulannya sendiri. Dua buah air terjun yang saling berhadapan ini tak tinggi, masing-masing hanya setinggi lima meter.

Kedua air terjun ini jatuh di antara bebatuan dan aliran airnya bertemu di satu titik, lalu mengalir bersama menuruni anak sungai.

Sementara, Desa Bannada ditetapkan sebagai desa adat karena kearifan lokal kerajaan Talaud atau Porodisa yang tetap terjaga hingga saat ini.

Para petua adat, masih menyimpan barang-barang peninggalan sejarah kerajaan Porodisa terdahulu. Desa ini sangat tradisional, perkembangan zaman tak mampu menggerus budaya yang telah turun temurun dipelihara.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan cross border tourism di Talaud, selain dimaksudkan untuk menggarap potensi wisata mancanegara di daerah tersebut, juga bertujuan menggeliatkan perekonomian masyarakat setempat.

"Potensi border tourism itu besar. Masyarakat di sana juga harus mendapatkan benefit dengan lebih banyak event, sehingga banyak orang berdatangan," ujar Menpar Arief Yahya.

Menurut Arief, cross border tourism sesuai dengan fokus Presiden Joko Widodo yang ingin menggairahkan daerah perbatasan.

Presiden Jokowi sejak awal menaruh perhatian serius kepada warga masyarakat Indonesia yang berada di pulau terluar, perbatasan dan daerah terpencil.

Sejak ditetapkan sebagai destinasi wisata daerah perbatasan (cross border), Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, mulai membenahi pariwisatanya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News