Jadi Korban Spyware Pegasus, Presiden Prancis Tuntut Pertanggungjawaban Israel
jpnn.com, PARIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron menuntut penjelasan resmi dari Perdana Menteri Israel Naftali Bennett atas perangkat pemata-mataan (spyware) Pegasus yang dikembangkan oleh NSO Grup yang berbasis di Israel.
Tuntutan itu disampaikan Macron saat ia melakukan pembicaraan dengan Bennett melalui telepon, Sabtu (24/7).
Stasiun TV Channel 12 Israel menyebutkan Macron menyatakan kegusarannya tentang laporan bahwa telepon selulernya dan milik pejabat pemerintah Prancis lainnya disadap.
Bennet berjanji penyelidikan tingkat paling tinggi akan diluncurkan, namun mencatat bahwa insiden itu terjadi sebelum dirinya dilantik sebagai perdana menteri.
Sedikitnya 10 negara --seperti Bahrain, Kazakhstan, Meksiko, Maroko, Azerbaijan, Hongaria, India, dan Uni Emirat Arab (UAE)-- diduga merupakan pelanggan NSO Grup.
Spyware perusahaan tersebut digunakan untuk mengawasi para pegiat, wartawan, pengacara, dan politisi.
Perangkat pemata-mataan itu dilaporkan mampu mengubah telepon seluler menjadi alat pengintai yang dapat mengakses pesan, kamera, rekaman audio, dan aplikasi. (ant/dil/jpnn)
Spyware Pegasus buatan perusahaan Israel telah digunakan untuk mengawasi para pegiat, wartawan, pengacara, dan politisi.
Redaktur & Reporter : Adil
- Kualifikasi Piala Dunia 2026: Erling Haaland cs Menolak Tanding Lawan Israel
- Kunjungi Markas PBB, Fraksi PKS DPR Perjuangkan Nasib Anak-Anak Gaza Korban Agresi Israel
- 26 Kontainer Bantuan Kemanusiaan RI untuk Palestina Tertahan di Rafah
- Beginilah Cara Iran Merekrut Warga Israel Jadi Mata-Matanya
- Dunia Hari Ini: Mantan Menhan Israel Tuduh Negaranya Ingin Bersihkan Etnis Palestina
- Dunia Hari Ini: Israel dan Hizbullah Saling Tuduh Melanggar Kesepakatan Gencatan Senjata