Jadi Saksi Penembakan, Pria Australia Ini Dapat Kompensasi Rp 330 Juta

Seorang psikolog mengatakan, Harry menderita gejala fisik ketika menceritakan peristiwa seperti menggeretak giginya, meremas-remas tangan dan bernapas dengan tergesa-gesa.
Ia juga menemukan bahwa sejak penembakan itu, Harry telah menjadi tertutup, mengucilkan diri dan tak lagi bersukacita atau mengalami kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari.
Psikolog merekomendasikan ia menjalani konseling dan terapi.
Harry mengajukan keberatan pembayaran awal dengan alasan hal itu tak memadai "mengingat tingkat keparahan dan durasi cedera psikologis yang dialaminya".
Dalam keputusannya, Hakim Michael Bowden menerima banding Harry seraya mengatakan, ia yakin Harry menderita PTSD karena menyaksikan penembakan itu dan hal tersebut telah mempengaruhi kapasitas kerjanya.
Hakim Michael menaikkan kompensasi bagi Harry menjadi senilai 33.685 dolar (atau setara Rp 336 jutaan) yang termasuk tunjangan untuk kerugian ekonomi dan dan perawatan psikologis lanjutan.
Seorang pria yang mengalami gangguan stres pasca-trauma (PTSD) karena menyaksikan penembakan fatal di kota Koorda, Australia Barat, telah diberi
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Perjalanan Jorge Mario Bergoglio Menjadi Paus Fransiskus
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam