Jadi Standar Produk Heinz, Gratiskan Royalti buat Jatim
Kamis, 14 Maret 2013 – 08:15 WIB
Sesi kedua, setelah diselingi coffee break, suasana lebih segar. Tidak hanya karena mata lebih melek, namun karena hadirnya dara semampai dengan rambut pirang kemerahan. Saat memperkenalkan diri kepada Hadi Prasetyo dengan menyebut nama Tamara Allaf, seluruh delegasi sadar, dia pasti punya hubungan spesial dengan tamu yang ditunggu-tunggu, Prof Karim Allaf. "Benar, saya putrinya," sahut Tamara dengan cepat.
Seperti sang ayah, Tamara juga menjadi pengajar di Universit" de La Rochelle. "Mohon maaf, Profesor Karim ada acara sangat penting pagi ini juga, sehingga meminta saya sebagai wakil khusus beliau untuk menemui tim dari Indonesia," jelas Tamara.
Tentu, kehadiran Tamara memarakkan pertemuan. Tidak hanya karena paras cantiknya. Namun, Prof Karim Allaf siap menawarkan pembuatan alat pengering tepat guna temuannya yang diberi nama DIC (D"tente Instantan"e Contr"l"e).
"Ini temuan penting bagi Jawa Timur. Sebab, dengan mesin DIC ini, masalah tahunan limbah dari pengolahan sayur dan buah karena proses pascaproduksi bisa teratasi," ujar Hadi.
ILMUWAN bukanlah sosok yang tinggal di menara gading. Dua ilmuwan Prancis, ayah dan anak, mewujudkan hal itu dengan menciptakan mesin pemroses buah
BERITA TERKAIT
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis