Jadwal Baru Garuda Melbourne-Jakarta Mengecewakan
"Kurang dari dua jam, sementara harus ambil koper dulu untuk kemudian check in kembali."
Ibu Gunawan yang pernah bekerja di bidang perhotelan di Melbourne mengaku jika tidak mendapatkan refund dari Malaysia Airlines, karena pihak maskapai nasional Malaysia tersebut merasa kesalahan bukan pada pihaknya.
"Sementara berapa yang direfund oleh Garuda Indonesia, saya masih belum tahu, belum lagi hotel yang dibatalkan," ujarnya yang pada awalnya berencana menghadiri sebuah acara konvensi.
"Jika Garuda Indonesia menawarkan terbang di hari lain sekalipun, saya keluar uang lagi untuk menambah hotel."
"Garuda Indonesia berganti-ganti mengubah jadwal terbang, dulu sempat jam 10 pagi, kemudian jadi jam 2 siang, sekarang 7:30 pagi, kalau terus-terusan begini saya lebih baik naik Singapore Airlines dengan harga yang tidak beda jauh."
Penumpang lainnya yang menceritakan dampak perubahan jadwal penerbangan ini adalah Evi Ardianti. Ia mengaku sudah memesan tiket dari Jakarta ke Semarang, tiga hari sebelum mendapatkan pemberitahuan soal perubahan jadwal penerbangan Garuda Indonesia Melbourne-Jakarta dari agen perjalanannya.
"Jadwal ini sangat kepagian, berarti saya dari rumah harus sangat pagi, sekitar jam 4," ujarnya yang tinggal di kawasan Chelsea, sekitar satu setengah jam dari bandar udara Tullamarine, Melbourne.
Pelayanan Garuda Indonesia perlu perbaikan
Para penumpang yang dihubungi oleh ABC mengatakan jika Garuda Indonesia perlu meningkatkan pelayanan lebih baik, khususnya soal perlindungan terhadap hak konsumen.
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat