Jag-EV

Oleh: Dahlan Iskan

Jag-EV
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Sampai kemarin umumnya mereka belum tahu harus unggul di bidang apa. Rupanya tidak mudah memilih jenis unggulan secara dadakan.

Saya pun mengalah. Tidak harus sekarang. Rundingan dulu. Sebulan. Tidak boleh lebih lama.

Kualitas guru memang ikut menentukan dalam menentukan unggulan. Belum tentu satu sekolah punya cukup guru yang berkualitas baik. Termasuk dalam hal passion.

Maka saya akan izinkan bila satu madrasah hanya akan punya dua mata pelajaran saja. Terutama kalau di madrasah itu hanya punya dua guru yang bagus.

Kalau ada mata pelajaran yang tidak ada gurunya yang bagus lebih baik mata pelajarannya dihapus saja.

Untuk apa dipaksakan ada, dengan guru seadanya. Yang jadi korban: siswa. Juga orang tua mereka.

Begitu banyak persoalan yang dihadapi Majelis Pimpinan Pusat (MPP) PSM. Untung kiai kami yang baru, MT Yanuar Miryanta, masih muda.

Ryan belum 30 tahun. Alumni hukum UII Yogyakarta. Ia jadi ketua umum dadakan karena ayahnya meninggal di masa Covid-19.

SAYA bertemu kembali teman lama. Selasa kemarin. Masih cantik. Mulus. Kulitnya hijau pupus. Dia sudah lama menanti saya di madrasah PSM Takeran.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News