Jaga Kurs, Importer Wajib Lapor
Jumat, 24 Agustus 2012 – 05:05 WIB
"BUMN masih bisa dideteksi, kalau swasta nggak mau tahu hari ini minta, harus ada duitnya (USD). Nah ini yang bahaya. Jadi yang menakutkan bukan krisisnya, melainkan karena mata uang kita tidak bisa dijaga," terangnya.
Baca Juga:
Sejauh ini, lanjut dia, korporasi swasta masih belum mau mencatatkan kebutuhan uang untuk impor atau membayar utang. "Jadi bukannya pemerintah ingin mengontrol devisa, tapi dalam rangka krisis semua negara melakukan (pencatatan kebutuhan USD). Hanya Indonesia yang belum," terangnya.
Menurut dia, masih sulitnya penyampaian data kebutuhan USD lataran setiap importer atau perusahaan memiliki perbedaan"policy. "Ada yang bayar di depan, ada yang di belakang. BI belum mengawasi skala pembayaran. Padahal itu penting," jelasnya.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) ini menerangkan, penjagaan atas kestabilan nilai mata uang sangat diperlukan di tengah situasi perlambatan perekonomian global ini. Sebab, ketika rupiah terus mengalami pelemahan, inflasi bakal meningkat.
JAKARTA - Kebutuhan dolar AS (USD) oleh importer swasta yang tak terdeteksi dinilai memicu pelemahan rupiah terhadap USD. Hal ini lantaran Bank Indonesia
BERITA TERKAIT
- Anak Angker Wajib Tahu, Ada Kabar Terbaru di Stasiun Karet
- Ada Faktor Cuan, yang Bikin Alot Negosiasi Pemerintah dengan Apple
- Ini Biang Kerok Kenaikan Harga MinyaKita
- AFPI Dukung OJK untuk Memperkuat Pengaturan Pindar
- Agentforce 2.0 jadi Platform Karyawan Digital yang Menghadirkan Workforce Tanpa Batas
- BSI Bangun Gedung Berkonsep Ramah Lingkungan di Bogor