Jaga Perasaan Adik, Pilih Salat Gaib untuk Almarhum
Senin, 17 November 2008 – 12:52 WIB
Nasir mengaku tak mempunyai masalah apa pun dengan keluarga besar Tenggulun. ”Saya hanya berpikir apakah mesti berkunjung? Apakah wajib dan afdol hadir? Mengurus jenazah itu fardu kifayah (bisa diwakili muslim yang lain, Red). Lalu mengapa harus mempermasalahkan kalau saya tidak hadir? Apakah saya berdosa?” lanjutnya.
Alasan lain, kata dia, menjaga perasaan keluarga Tenggulun maupun pendukung dan simpatisan Amrozi cs. Sebab, masih banyak di antara mereka yang belum memahami keadaan dan sikap Nasir selama ini.
”Saya tidak bermaksud suuzon (berprasangka buruk) pada mereka yang beda pendapat dengan saya. Tapi, saya harus mengambil jalan tengah agar situasi tidak semakin keruh,” sambungnya. Namun, Nasir mengakui, di dalam hati kecilnya dia ingin datang ke Tenggulun.
Soal mengapa dirinya tidak pernah besuk ke Lapas Batu, Nusambangan, tempat Amrozi cs ditahan sebelum dieksekusi mati, Nasir juga punya alasan. ”Itu sikap protes saya ke Ustad Mukhlas mengapa melarang adik saya, Paridah, bertemu dengan saya,” tegasnya.
Nasir mengakui bahwa Mukhlas memang sempat memberi lampu hijau kepadanya untuk datang ke Nusakambangan. ”Kabar yang disampaikan pada saya (Mukhlas mengatakan) ahlan wa sahlan jika Nasir mau bertemu dengan saya. Lalu mengapa saya bertemu dengan Paridah dilarang, tapi bertemu dengan dia tidak? Ini jawaban saya mengapa saya tidak pernah ke Nusakambangan,” bebernya.
Hal lain yang disampaikan mantan pelatih di kamp Hudaybiyah, Moro, Filipina, itu adalah soal beredarnya foto jenazah ketiga orang pelaku bom Bali itu di internet. Di internet foto itu, termasuk wajah Amrozi yang tampak tersenyum, disebutkan sebagai pertanda mujahid yang syahid. Nasir tidak setuju dengan pendapat seperti ini.
Menurut dia, wajah jenazah tidak bisa menentukan apakah orang itu syahid atau tidak. ”Soal mati syahid, kita tidak boleh menentukan. Lalu bagaimana pejuang Islam yang gugur di medan perang dengan wajah yang terkoyak dan tidak tersenyum? Apakah itu lantas tidak syahid?” katanya balik bertanya.
Dia berharap masyarakat berhenti mengultuskan seseorang. Dia juga mengkritik adanya peziarah yang sampai mengambil dan menyimpan tanah kubur milik para pelaku bom Bali itu. Menurut dia, itu tindakan yang keliru dan kurang pengetahuan.
Meski masih kakak ipar Mukhlas dan Amrozi, tak mudah bagi Nasir Abas menyikapi eksekusi mati atas dua pelaku bom Bali I itu. Meski pernah mendapat
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408