Jaga Produktivitas Hortikultura, Kementan Lakukan Adaptasi
Ditjen Hortikultura telah mengembangkan model irigasi hemat air melalui teknologi sprinkle dan irigasi tetes (drip irrigation).
Embung reservoir juga dibangun di sentra-sentra produksi untuk menampung air di musim penghujan. Saat musim hujan, lahan-lahan kering terlantar didorong untuk dioptimalkan pemanfaatannya.
Lebih jauh, Kementan menganjurkan penggunaan pupuk organik dalam jumlah yang cukup.
Pupuk asal bahan organik terbukti mampu meningkatkan kemampuan tanah mengikat air. Seluruh limbah panen dianjurkan untuk dikembalikan ke tanah sebagai bahan kompos.
"Pemupukan disarankan tepat dosis dan tepat sasaran ke bagian tanaman menggunakan sistem deep placement. Sementara pada model pertanian kota (urban farming), didorong pengembangan biopori untuk meningkatkan penyerapan air," terang Prihasto.
Optimalisasi pemanfaatan lahan penting dalam upaya adaptasi dan mitigasi agar keberlangsungan budidaya pertanian bisa terus dijaga.
Lahan sayuran bisa diintegrasikan dengan tanaman perkebunan bahkan peternakan. Penggunaan mekanisasi pertanian juga bisa menekan praktik pembakaran lahan dan sisa panen.
"Penting juga diperhatikan kaidah konservasi lahan terutama untuk kountur lahan berlereng, bedengan harus dibuat melintang memotong bidang lereng. Masyarakat mengenalnya dengan istilah nyabuk gunung. Jangan sampai dibuat membujur searah lereng. Sebagai penguat konservasi, bisa ditanami dengan tanaman perkebunan seperti kopi," imbuh Prihasto.
Kementan melakukan adaptasi dan mitigasi demi menjaga produktivitas hortikultura di tengah perubahan iklim.
- Menteri SYL Sampaikan Arah Kebijakan Pertanian Kementan Pada 2021
- Harga Kedelai tak Stabil, Mentan Syahrul Yasin Limpo Langsung Lakukan Ini
- Kementan Ungkap 10 Provinsi Produsen Jagung Terbesar Indonesia
- Realisasi RJIT Ditjen PSP Kementan di Kabupaten Bandung Melebihi Target
- Mentan SYL Tingkatkan Produksi Pertanian di Sulawesi Utara
- Covid-19 Tantangan Bagi Kementan untuk Penyediaan Pangan, Mohon Doanya